Namun siang itu sesampai di stasiun Ajmer (ada free wifi di stasiun) saya terima email dari hotel yang sudah saya booking menginfokan bahwa mereka tidak menerima turis asing. D*mn lagi-lagi! Saya lalu kirimkan komplain ke booking.com untuk menegur hotel tersebut, karena di deskripsi hotel tidak ada penjelasan kalau hotel hanya untuk orang India.
Pihak hotel pun membatalkan bookingan saya tanpa dikenakan biaya. Saya sudah gak semangat mau cari-cari hotel lain. Tanpa pikir panjang saya langsung ke loket dan menanyakan apakah masih ada tiket kereta langsung ke Jodhpur.Â
Syukurlah ada kereta ekonomi yang siap-siap berangkat dalam 10 menit. Sambil menyerahkan tiket, petugas loket menyuruh saya langsung bergegas ke peron.Â
Dua malam di Jodhpur saya lanjut ke Udaipur. Kedua kota ini sangat-sangat panas suhunya. Saat itu sekitar 40-an derajat. Kuliner di Rajasthan juga berbeda dengan daerah Punjab maupun daerah Utara India, makanan Rajasthan terasa lebih pedas, cocok dengan lidah Indonesia.
Di kota seribu danau Udaipur saya juga extend satu hari karena lumayan betah dengan atmosphere hotel dengan view langsung ke danau.
Saya kesana sudah malam hari. Seorang guide lokal mengajak saya tour singkat. Rumah-rumah kecil khas pemukiman kumuh saling berdempet di gang sempit yang panjang berliku dan sesak.Â
Saya sempat dibawa mampir masuk ke salah satu 'rumah' yang ada disana. Rumah itu cuma satu petakan kecil berukuran 2x2 meter yang malam hari menjadi tempat tidur 3 orang dewasa dengan lobang toilet untuk BAK di pojokan.
Lalu ada tangga kayu berukuran sangat kecil ke lantai 2. Lantai atas untuk dapur dan tempat nonton tv, namun akan disulap menjadi ruang tidur di malam hari untuk ibu bapak dan anak yang masih kecil.Â
Jadi di rumah sempit itu total ditinggali oleh 6 orang! Dan rumah seukuran itu lah yang rata-rata menjadi hunian ribuan keluarga disana. Sebelum saya pergi, si empunya rumah 'memaksa' saya duduk sebentar untuk minum chai. Mau nolak tapi gak enak hati.
Di atas taksi dalam perjalanan pulang ke hotel saya hanya terdiam dengan pikiran gak jelas kemana. Yang pasti saya kemudian mengucap syukur kepada Tuhan YME.Â
Kita mungkin jauh lebih beruntung daripada mereka yang tinggal di area kumuh itu, tapi kita selalu saja merasa kekurangan dan sering merasa tidak puas dengan hidup yang kita jalani. Bener gak? Hemmm...