Sosialisasi yang dilakukan ditaun 2020 sepertinya tidak membuahkan hasil apapun karena masih banyak layanan yang tidak paham apa dan bagaimana penggunaan serta manfaat TLD dan mengapa ada rencana transisi. Hal ini semakin jelas terbukti bahwa saat pasien  dengan HIV menanyakan rejimen TLD dijawab belum tersedia dan satu bulan belakangan ini secara tiba2 stok berlimpah dan kadaluwarsa di Desember 2021.
Stok hampir kadaluwarsa ini tidak sesuai dengan pengadaan stok bulan berikutnya yang harusnya juga berjalan dengan permintaan rejimen baru.
Banyak layanan yang hanya fokus oada pengeluaran stok kadaluwarsa tapi tidak melakukan pengadaan obat bulan berikutnya.
Beberapa kasus terjadi adalah transisi dari TLE ke TLD dan kembali ke TLE.
TLE ke TLD kemudian ke Duviral Neviral.
TLE ke TLD kemudian ke Duviral Neviral+Dolutegrafir (karena ada koinfeksi TB)
TLE ke TLD kemudian ke Truvada+DTG.
Semua terjadi saat pasien diharuskan menghabiskan stok obat difarmasi (agar tidak kadaluwarsa) sekalipun mungkin pengobatan tersebut tidak sesuai dengan rejimen yang sebelumnya.
Terlepas bahwa sebelumnya pasien didoktrin bahwa obat obatan HIV tidak dengan mudah diganti ganti, jelang akhir taun 2021 banyak sekali perubahan rejimen yang terjadi bahkan kadang tanpa edukasi yang cukup kepasien.
Akhirnya pasien mengalami kebingungan dan kekuatiran akan stok pengobatan mereka sementara juru bicara kemenkes dalam salah satu pertemuan mengatakan stok TLD cukup hingga 49 bulan kedepan.
Kelebihan rejimen TLD dibanding rejimen lain :