Masih banyak yang tidak bisa memisahkan antara kesehatan, edukasi dan takdir. Paling mudah adalah menyangkut pautkan semua dengan agama agar tidak perlu dipikirkan bagaimana menjawab pertanyaan yg mungkin akan muncul.
Bagaimana orang bisa terinfeksi HIV?
Banyak yg enggan mempelajari hiv krn sudah bosan dgn edukasi yg sama dan berulang ulang: hiv>aids>kondom>aib.
Dan akan selalu berulang dan berputar disitu terus.
Orang terinfeksi HIV karena ketidakpahaman informasi, saat dia memahami informasi dengan baik dia akan tau apa yang harus dilakukan. Ada peran takdir?.....saya lebih suka menghindari pembicaraan takdir selama masih dijangkau logika.
Sama seperti saat orang terinfeksi Covid19, saat dia menerapkan protokol kesehatan dan tetap terinfeksi mungkin kita akan bicara mengenai takdir...tapi saat kita menerapkan protokol kesehatan dengan ketat seberapa besar resiko tertular Covid?
Lalu akan mulai banyak yg bicara "jangan samakan HIV dengan Covid....."
Bagaimana dgn bayi terinfeksi HIV apakah dia juga miss-informasi?
Kurangnya informasi bukan saja berisiko kita tertular (sehingga dapat mencari pembenaran kasus bayi yg tertular dari ibunya atau istri yg tertular dari suaminya sehingga lebih nyaman disebut karena takdir, btw....adakah pilihan jawaban penyebab penularan HIV karena takdir?)
Kurangnya informasi membuat kita (tanpa disadari) menularkan HIV keorang lain....termasuk ke bayi (yang namanya jg belum tentu Takdir Kelana atau apalah)
Kita tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai penularan, kita tidak tau status hiv kita....lalu saat ada orang lain yg tertular (krn orang tsb juga minim pengetahuan) akhirnya yg terjadi adalah apes.....tapi entahlah kl lebih suka bicara mengenai takdir karena enggan (atau malu) mengakui bahwa dirinya memang (pernah) tidak peduli. Padahal kl keduanya paham informasi bagaimana hiv ditularkan pastinya gk akan terjadi penularan....
Baidewai eniwei baswei sudahkah kita memperbarui pengetahuan kita bahwa orang dengan HIV yang menjaga Viral Loadnya tidak terdeteksi sudah tidak lagi dapat menularkan HIV kepasangannya secara sexual, baik oral, vaginal maupun anal sekalipun tanpa kondom?
Ini harusnya bisa merubah cara pandang kita tentang penularan HIV jadi gk perlu bawa2 takdir lagi karena mereka tidak lagi dapat menularkan HIV lalu darimana mereka akan tertular HIV? Si Takdir udah disuruh pulang karena gk ada kerjaan sejak Covid taun lalu.....
Masih banyak diluaran orang2 yang masih menularkan HIV karena ketidakpahaman informasi TDTM (Tidak terDeteksi=Tidak Menularkan) dan membuat orang yg tertular menyalahkan si takdir tadi.
Jadi bagaimana kita bisa menjaga (takdir) orang orang yg negatif hiv agar (takdirnya) tidak menjadi positif?
Dukung orang dengan HIV untuk tidak perlu takut dalam menjalani pengobatan, gk perlu memberikan stigma berlebihan apalagi dibumbui moralitas, aib ataupun "kelainan" orientasi sexual mereka....btw kasus infeksi HIV komunitas homosexual masih dibawah heterosexual lho ya.
Dan tentunya kaum heterosexual itu sebagai mayoritas pasti gk akan terima kl disebut menyimpang.
Tapi ya sudahlah itu hak mereka sebagai mayoritas....selama kita bicara data harapannya kita akan lebih bijak dalam mengedukasi tanpa harus menyudutkan komunitas tertentu.
Dan sedikit pesan dari salah satu dokter yg cukup provokatif " sex dengan orang dengan HIV yang Viral Loadnya tidak terdeteksi dan bebas IMS adalah safe sex.... sekalipun dilakukan tanpa kondom..."
Dan pastinya kondom tetap diperlukan untuk mencegah ims lain dan kehamilan yang tidak diinginkan.....
Jadi saat memiliki pasangan positif HIV yg sudah tidak bisa menularkan sehingga dapat hidup tenang tanpa ketakutan, sepertinya itu adalah hasil upaya..... karena Takdir barusan WA dia gk bisa balik karena dikampungnya masih PSBB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H