Kemarin, sekitar pukul 12 siang hari Senin 22 Agustus 2022, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kamboja berhasil memulangkan 202 Pekerja Migran Indonesia (PMI). Sampai di Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 18.05. Mereka terdiri dari 189 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Mereka berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Bali, Riau, Kepulauan Riau, Banten, Lampung, Sumatera Barat, dan sebagian besar berasal dari Sumatera Utara dengan jumlah 113 orang. Disana mereka dipekerjakan sebagai operator invenstasi bodong.
Sebelumnya, mereka dianggap melakukan kesalahan oleh perusahaan karena tertidur pada saat bekerja dan sakit tidak izin. Akibat kesalahan itu mereka disekap. Pada saat disekap itu, mereka tidak boleh komunikasi, tidak diberi makan, dianiaya, bahkan disetrum. Oleh karenanya, menurut pemerintah, diduga kuat mereka adalah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
10 hari sebelum pemulangan ini, pada tanggal 12 Agustus 2022, pemerintah menggagalkan penempatan 215 Pekerja Migran Indonesia (PMI) secara ilegal ke Kamboja di Bandara Kualanamu Medan Sumatera Utara. Â Tidak tanggung-tanggung, mereka akan diterbangkan menggunakan pesawat sewaan, Lion Air JT-5385. Luar biasa, ini bukan bisnis ecek-ecek atau kaleng-kaleng.
Berdasarkan pengembangan kasusnya, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani, mendapatkan informasi bahwa total calon PMI yang akan diberangkatkan secara ilegal atau unprosedur itu jumlahnya mencapai 645. Â Ngeri kali bang.
Sangat memperihatinkan. Anak negeri direkrut oleh orang asing untuk dipekerjakan sebagai operator invenstasi bodong yang akan menipu saudara sebangsanya sendiri. Gampangnya ngomong, orang Indonesia disuruh menipu orang Indonesia. Yang lebih memperihatinkan lagi, untuk bekerja sebagai penipu, harus membayar biaya sebesar Rp 20 sampai 50 juta perorang.
Ada pertanyaan, kenapa perekrutan Pekerja Migran Indonesia ke Kamboja makin merajalela?
Pepatah mengatakan ada gula ada semut. Maraknya perekrutan Pekerja Migran Indonesia ke Kamboja, dipastikan memang ada cuan dalam jumlah besar yang dihasilkan dari bisnis haram ini.
Berdasarkan pengalaman Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dalam menangani kasus dari November 2020 sampai Februari 2022, menemukan fakta bahwa perekrut mendapatkan uang dari pengusaha sebagai Pemberi Kerja dan dari Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Dari Perusahaan Manigpay yang merupakan Perusahaan Money Game dan merupakan Investasi Bodong, perekrut mengaku mendapatkan fee sebanyak Rp 121 juta. Dari PMI sebesar Rp 20-40 juta perorang. Sementara jumlah korbannya pada saat itu sebanyak 75 orang. Jika ditambah dengan korban lanjutan yang mengadu ke KBRI jumlah korbannya mencapai 100 orang. Jika rata-rata Rp 30 juta dikalikan 100 orang, ketemu angka sebesar Rp 3 miliar. Â Jumlah cuan yang sangat fantastis. Jadi bisnis ini memang sangat menjanjikan.
Pertanyaan berikutnya. Kenapa para pelaku tidak takut dengan ancaman pidananya, padahal sudah ada satu orang pelaku yang di penjara dan empat orang menjadi Daftar Pencarian Orang? Â