[caption id="attachment_306842" align="aligncenter" width="300" caption="foto: news.liputan6.com"][/caption]
Judul tulisan ini sebenarnya masih tanda tanya juga bagi saya, musuh Demokrat atau musuh SBY?
Tulisan ini tidak hanya menyasar kepada Gede Pasek Suardika yang beberapa hari lalu telah menerima 'Surat Cerai' dari Partai Demokrat. Tidak hanya diceraikan sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, kabar lebih buruknya lagi Pasek dipecat sebagai kader Partai Demokrat. Apa sebabnya?
“Semua kader wajib loyal kepada partai, tapi Pasek lebih loyal ke Anas. Melanggar pakta integritas yang sudah disepakati."
Pernyataan itu keluar dari mulut Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang dikenal selama ini sebagai 'Loyalis SBY', Sang Ketua Umum, Ketua Majelis Tinggi dan Presiden Republik Indonesia yang baru kemarin meluncurkan buku bertagline "Untuk Pecinta Demokrasi". Benarkah partai penyanjung demokrasi itu demokratis?
Kita pahami dulu, apa itu demokrasi? Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Untuk partai yang menjunjung demokrasi, berlakukah paham tersebut?
Flash back jauh beberapa tahun kebelakang, ketika Anas Urbaningrum masih baru menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Dari seorang sahabat di Partai Demokrat yang berada dilingkaran Anas pernah mengungkapkan, bahwa Anas pernah ditegur oleh SBY karena menghadiri Ulang Tahun PDI-P di Lenteng Agung. Memang, saat itu Anas terlihat sangat dekat dengan Megawati Soekarno Putri. Bagi Anas, sebagai seorang politisi dan Ketua Umum Partai itu adalah kewajibannya untuk menjalin hubungan baik dengan siapa pun.
Mungkin kita semua tahu bagaimana hubungan antara SBY dan Megawati, itulah penyebabnya.
Lalu, belasan DPC dan DPD yang terkena razia pendukung Anas di PLT dengan gaya cowboy. Dan yang terbaru ya Gede Pasek Suardika.
Kemarin saya ngobrol bareng dengan Pasek di Rumah Pergerakan PPI, dia mengiyakan kalau dirinya dipecat. Suratnya pun sudah ada ditangannya. “Nggak ada itu aturan tertulis maupun tidak tertulis yang menjelaskan saya tidak boleh berteman dengan Anas. Tapi kalau aturan itu ada dan dipakai, rasanya kok naif sekali,” kata Pasek dengan raut wajah tak seperti biasanya.