Mohon tunggu...
Bobby Prabawa
Bobby Prabawa Mohon Tunggu... Editor - ghost writer, copywriter, dan editor

Saya seorang ayah full time, freelance ghost writer, copywriter, dan editor yang berdomisili di Bogor. Saya aktif dalam komunitas bloger Bogor, google local guide, calon pendonor kornea mata sebagai bagian dari hobi. . Saya beralamat di gemahalilintar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tokoh Pendukung Sumpah Pemuda dan Perekam Indonesia Raya yang Tidak Dituliskan pada Buku Sejarah

2 Agustus 2023   08:21 Diperbarui: 2 Agustus 2023   14:15 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sumpah Pemuda pada 2021 dihibahkan keluarga Sie Kong Lian, dokpri

Hari ini (1/8/23) saya ikut menjadi peserta riset coklat di Jalan Kramat 2. Notifikasi di gmap bilang bahwa Museum Sumpah Pemuda berjarak 4 menit jalan kaki dari tempat riset coklat. Saya coba tanyakan pada pada remaja tanggung yang merupakan warga Jalan Kramat.

Permisi Dik, numpang tanya kalau Museum Sumpah Pemuda, arahnya ke mana ya?

Maafkan, saya kurang tahu Pak, jawab dia singkat.

Museum Sumpah Pemuda adalah rumah indekost milik Sie Kong Lian, dokpri
Museum Sumpah Pemuda adalah rumah indekost milik Sie Kong Lian, dokpri

Gmap lebih bisa diandalkan sebagai petunjuk. Akhirnya sampailah saya di depan halaman Museum Sumpah Pemuda. Bangunan  di Jalan Kramat 106 tempat dibacakannya ikrar Sumpah Pemuda, dan dikumandangkan lagu Indonesia Raya pada pertama kalinya, itu adalah sebuah rumah indekost milik Sie Kong Lian. Ia menyewakan rumahnya kepada pelajar di Batavia sejak 1920. Anak rantau yang mondok di sini terdiri dari Jong Java yang kuliah di STOVIA (sekolah dokter Jawa), dan RHS (sekolah hukum).  

Di rumah itu para pemuda berdiskusi, bermain gitar, bermain biliar, hingga berkesenian. Rumah itu dijadikan basecamp dan diberi nama Gedung Indonesische Clubgebow. Pemuda Jong Java yang kuliah di STOVIA bergabung dengan komunitas kesenian Jawa yaitu Langen Siswo. Para anggota Langen Siswo tinggal dan makan di rumah indekost ini dengan uang sewa f.1.250. Biaya itu sudah termasuk makan tiga kali sehari. Ada juga para pelajar yang hanya membayar biaya sewa kos f.750, mereka memasak sendiri, atau beli jadi di warteg, dalam rangka berhemat.

"Makan pagi, siang, dan malam di Langen Siswo lauk pauknya terdiri atas setengah telur goreng, sekerat daging, sambal goreng, tempe, masakan sayur (lodeh, buncis, dsb), sambal bajak, dan pisang sebuah. Nasi tidak terbatas. Strategi saya : nasi piring pertama dimakan dengan sayur, dan sambal bajak, nasi piring kedua dengan daging, tempe, nasi piring ketiga dengan setengah ceplok telur, kemudian saya makan pisang untuk menghilangkan rasa amis. Kadang-kadang di hari tua ini, saya merasa nostalgia akan sayur lodeh, dan sambal bajak khas Langen Siswo."

Prof. Dr. Poorwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia. 

Setelah para mahasiswa itu lulus, tahun 1934 Sie Kong Lian menyewakan rumah di Jalan Kramat 106 kepada kerabatnya, Pang Tjem Jam (1934 -- 1937). Kemudian pada tahun 1937 -1948 rumah itu disewakan kepada Loh Jin Tjoe untuk dijadikan toko bunga. Setelah kemerdekaan, rumah di Jalan Kramat dijadikan sebagai hotel, lalu kantor bea cukai. Pada 3 April 1973, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Satu tahun kemudian, pada 20 Mei 1974, Gedung Kramat 106 itu diresmikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda.

Potret Sie Kong Lian, dokpri
Potret Sie Kong Lian, dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun