Hari ini (1/8/23) saya ikut menjadi peserta riset coklat di Jalan Kramat 2. Notifikasi di gmap bilang bahwa Museum Sumpah Pemuda berjarak 4 menit jalan kaki dari tempat riset coklat. Saya coba tanyakan pada pada remaja tanggung yang merupakan warga Jalan Kramat.
Permisi Dik, numpang tanya kalau Museum Sumpah Pemuda, arahnya ke mana ya?
Maafkan, saya kurang tahu Pak, jawab dia singkat.
Gmap lebih bisa diandalkan sebagai petunjuk. Akhirnya sampailah saya di depan halaman Museum Sumpah Pemuda. Bangunan  di Jalan Kramat 106 tempat dibacakannya ikrar Sumpah Pemuda, dan dikumandangkan lagu Indonesia Raya pada pertama kalinya, itu adalah sebuah rumah indekost milik Sie Kong Lian. Ia menyewakan rumahnya kepada pelajar di Batavia sejak 1920. Anak rantau yang mondok di sini terdiri dari Jong Java yang kuliah di STOVIA (sekolah dokter Jawa), dan RHS (sekolah hukum). Â
Di rumah itu para pemuda berdiskusi, bermain gitar, bermain biliar, hingga berkesenian. Rumah itu dijadikan basecamp dan diberi nama Gedung Indonesische Clubgebow. Pemuda Jong Java yang kuliah di STOVIA bergabung dengan komunitas kesenian Jawa yaitu Langen Siswo. Para anggota Langen Siswo tinggal dan makan di rumah indekost ini dengan uang sewa f.1.250. Biaya itu sudah termasuk makan tiga kali sehari. Ada juga para pelajar yang hanya membayar biaya sewa kos f.750, mereka memasak sendiri, atau beli jadi di warteg, dalam rangka berhemat.
"Makan pagi, siang, dan malam di Langen Siswo lauk pauknya terdiri atas setengah telur goreng, sekerat daging, sambal goreng, tempe, masakan sayur (lodeh, buncis, dsb), sambal bajak, dan pisang sebuah. Nasi tidak terbatas. Strategi saya : nasi piring pertama dimakan dengan sayur, dan sambal bajak, nasi piring kedua dengan daging, tempe, nasi piring ketiga dengan setengah ceplok telur, kemudian saya makan pisang untuk menghilangkan rasa amis. Kadang-kadang di hari tua ini, saya merasa nostalgia akan sayur lodeh, dan sambal bajak khas Langen Siswo."
Prof. Dr. Poorwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia.Â
Setelah para mahasiswa itu lulus, tahun 1934 Sie Kong Lian menyewakan rumah di Jalan Kramat 106 kepada kerabatnya, Pang Tjem Jam (1934 -- 1937). Kemudian pada tahun 1937 -1948 rumah itu disewakan kepada Loh Jin Tjoe untuk dijadikan toko bunga. Setelah kemerdekaan, rumah di Jalan Kramat dijadikan sebagai hotel, lalu kantor bea cukai. Pada 3 April 1973, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Satu tahun kemudian, pada 20 Mei 1974, Gedung Kramat 106 itu diresmikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda.
Pada tahun 1983 pengelolaan rumah indekost Jalan Kramat 106 diserahterimakan dari Pemda DKI Jakarta kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. Kemudian pada tahun 2021, ahli waris Sie Kong Lian menghibahkan rumah di Jalan Kramat 106 kepada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
"Museum Sumpah Pemuda sangat berharga bagi kami, tetapi jauh lebih berharga untuk NKRI, maka dari itu kami menghibahkannya untuk negara Indonesia." (Keluarga Sie Kong Lian)
Piringan Hitam Lagu Indonesia Raya Â
Usai membawakan lagu Indonesia Raya di Kongres Pemuda kedua, 28 Oktober 1928, W.R Soepratman mendatangi Yo Kim Tjan untuk merekam lagu Indonesia Raya. Yo Kim Tjan adalah seorang pengusaha dan importir piringan hitam. Toko Yo Kim Tjan kala itu terletak di Pasar Baru. Perekaman tidak berjalan lancar karena tidak ada perusahaan rekaman yang berani mengambil risiko untuk merekam lagu Indonesia Raya.
Akhirnya Yo Kim Tjan membeli sendiri alat rekaman yang akan digunakan. Pada saat pertama kali direkam, lagu Indonesia Raya dimainkan dengan instrumental, tanpa lirik. Catatan  Yo Kim Tjan adalah pemilik studio rekaman NV Populair, tempat W.R. Soepratman merekam lagu Indonesia Raya.
Selamat merayakan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2023 yang ke 95. Sudahkah Anda singgah ke Museum Sumpah Pemuda? Yuk ceritakan pengalamanmu di kolom komentar. Â Â Â Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI