Pramono adalah nama besar. Maestro karikaturis yang mendunia. Beberapa penghargaan di dalam dan luar negeri  berhasil diraihnya. Ia adalah karikaturis terbaik di Indonesia. Banyak karikaturis muda yang berguru padanya. Jika bicara soal karikatur. Orang tak akan lupa mengundangnya. Tapi dengarkanlah kata-katanya yang sederhana menyikapi hal itu."Saya bukan maestro, saya malah sedih jika disebut begitu. Saya cuma bekerja untuk mencari  nafkah," tuturnya.
Pramono R. Pramoedjo lahir di Magelang, Jawa Tengah, 5 Desember 1942. Kecintaan Pramono dengan dunia lukis melukis sudah bermula sejak dia kecil. Semasa SMA, dia kerap naik bis dari Magelang ke Salatiga untuk mengantar beberapa ratus kartu ucapan yang dia gambar "sebisanya" atas pesanan seorang Tionghoa yang tinggal di Jalan Diponegoro. Dan biasanya setelah mendapat honor, dia mampir makan bakso di pojok Tamansari guna mengusir lapar dan dingin sebelum pulang ke Magelang.
Lulus SMA Â Pramono melanjutkan kuliah sampai tingkat 2 di Fakultas Hukum dan Ekonomi Universitas Gadjah Mada, namun merasa tidak cocok dengan jiwanya , akhirnya dia memutuskan keluar dan pindah ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Yogyakarta, di jurusan Reklame Propaganda.
Sejak tahun 1966 dia merantau ke Jakarta dan bekerja untuk sebagai ilustrator dan wartawan budaya di Sinar Harapan. Jalan yang ditempuhnya cukup sulit dan berat dalam mengawali karier di Jakarta. Pramono pernah mengalami harus jalan kaki dari Rawamangun ke Kota pulang --pergi, hanya untuk mengambil pesanan gambar ilustrasi Majalah Mingguan Star Weekly atau Sinar Harapan edisi mingguan dan itupun jumlah honornya tak seberapa banyak. Â Sehingga dia pernah berikrar ketika itu: "Inilah aku!Akan kutaklukkan engkau Jakarta, dengan kemampuan dan tanganku!"
Pramono setia dengan panggilan jiwanya untuk menjadi seorang karikaturis, dan akhirnya secara tetap dia berkarya di Sinar Harapan sampai koran ini dibredel  oleh Orde Baru pada 12 Oktober 1986. Kemudian dilanjutkan menjadi karikaturis di Suara Pembaharuan, astaga.com, dan ikut menjadi orang yang merintis penerbitan kembali Sinar Harapan pada 2 Juli 2001, dan terus menggambar sampai hari ini.
Bagi Pramono menciptakan karikatur harus didasari pemikiran dan nurani terbuka, jujur tanpa memihak, dalam menanggapi masalah. Karikatur juga tidak boleh menjadi alat untuk menuding, karena karikatur mengetengahkan fakta yang perlu ditanggapi cerdas dan mengajak pembacanya berpikir.  Didalam karya karikatur terkandung fakta, sehingga menjadi acuan sejarah bangsa. Karena itulah karya-karya Pramono mencerminkan prinsip-prinsip,kreatifitas, intelektualitas, dan kepekaannya ketika mengangkat suatu fenomena sosial  atau kejadian dalam karikatur.
Pengemar komik Flash Gordon ini mengutip kartunis Inggris Ranan L. Rurie, bahwa seorang karikaturis harus berpandangan objektif seperti burung yang terbang mengamati sesuatu di bawahnya, bebas lepas dari keberpihakan, berkomentar cerdas namun komunikatif.
Pada tahun 1979 dia diundang mengikuti Festival Tahunan Pameran Kartun Montreal  di Kanada, dia juga pernah merebut medali perunggu di International Cartoon Contest di Yomiuri, Shimbum, Tokyo, Jepang. Dia juga pernah menerima undangan sebagai narasumber pada workshop di Kuala Lumpur atas prakarsa The Asian Foundationdan di Tokyo atas prakarsa Japan Foundation.
Pramono yang suka naik gunung dan menjelajah berbagai tempat menarik ini pernah mendirikan Pakarti ( Persatuan Kartunis Indonesia). Dia juga populer di kalangan para seniman di Pasar Seni Ancol, karena pernah ngasong dengan membuka "Kedai Senyum" (1989 -1995) yang memberikan jasa melukis wajah siapa saja yang ingin dilukis secara deformatif dan karikatural. Termasuk di antara kliennya adalah orang asing yang menyukai karyanya.
Sejak tahun 2008 dari "pangkalannya" di Salatiga, Pramono ikut berkiprah mendirikan Museum Kartun Indonesia, di Bali, bersama sejumlah wartawan sejarah., ikut mewarnai sejarah perjalanan Bangsa Indonesia. Museum kartun juga harus mampu memberi hiburan edukatif kepada pengunjung dengan memanfaatkan teknologi tinggi untuk kreasi dan inovasi yang tidak ada hentinya.
Meskipun belum sempurna, Museum Kartun Indonesia sudah sering didatangi para tokoh berbagai lembaga asing dari Belanda, Australia, dan Jepang. Mereka juga mengajak bekerja sama . Pramono menaruh harapan, melalui Museum Kartun Indonesia terbentuk sebuah jaringan (network) para kartunis di Indonesia untuk menampung, mengapresiasikan, dan merealisasikan cita-citanya mengangkat derajat dan martabat seni kartun dan kartunis di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H