Mohon tunggu...
Nurshasie Irawan
Nurshasie Irawan Mohon Tunggu... Staff at Lufthansa Technic Logistic Service Frankfurt am Main, Germany -

mahasiswa Hubungan Internasional di UPDM

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cina dan Rusia Mendukung Sangsi Terhadap Iran

17 Februari 2010   10:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:53 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini lengkap sudah kelima negara anggota tetap PBB memberikan dukungan sangsi yang tegas terhadap Iran. Belakangan ini Iran memiliki niat untuk meningkatkan uraniumnya hingga taraf 20 %. keinginan Iran untuk mengembangkan uraniumnya itu tidak hanya membuat cemas negara-negara Barat saja, tetapi negara-negara di kawasan pun dibuatnya cemas. Arab membujuk Rusia untuk membatalkan pengiriman perlengkapan militernya ke Iran dengan imbalan Arab akan membayar semua perlengkapan dan kendaraan militer tersebut di bayar jauh melampaui harga yang di tawarkan oleh Iran.

Rusia seringkali menolak untuk memberikan sangsi terhadap Iran. Rusia memiliki kepentingan tersendiri di Iran, yakni kepentingan ekonomi. Oleh karena itu Rusia sangat berhati-hati dalam memberikan sangsi terhadap Iran. Stasiun tenaga nuklir di Iran merupakan bisnis besar bagi Rusia. Iran berniat membangun tujuh stasiun yang memakan biaya hingga Sepuluh Milyar dollar.

Pada tahun 1998 Rusia mengambil ahli pembangkit tenaga listrik di Bushehr yang pada awalnya di bentuk oleh Siemens. Pada saat ini terdapat sekitar 1500 tenaga ahli yang bekerja di situs tersebut.

Rusia juga memiliki kepentingan memperdagangkan persenjataannya dengan Iran. Moscow dan Teheran telah menandatangani kontrak senilai 700 juta dolar untuk pemesanan sistem rudal udara (surface-to-air missile system) (Tor-M1) sebanyak 29 perangkat sistem. Rudal Rusia dapat menjangkau jarak sejauh 12 kilometer dan rudal dapat di kendalikan. persenjataan tersebuta akan di gunakan oleh Iran untuk melindungi fasilitas atom Iran.

Di dalam media internasional, juga di wartakan bahwa Rusia juga berkepentingan didalam memodernisasi pesawat tempur MIG buatan Rusia milik Iran, dan juga menyuplai kapal patroli dan perlengkapan militer ke Iran. Kini Mikhail Dimitriev dari layanan Federal militer Rusia menegaskan tidak ada lagi perdagangan persenjataan selanjutnya dengan Iran.

Rusia sangat jelas memiliki tawar menawar dengan AS. Dimana ketika AS telah melucuti sistem penangkal rudalnya dari Polandia dan Republik Ceko tidak lama kemudian Rusia memberikan dukungan guna memberikan sangsi terhadap Rusia. Namn permasalahannya kini adalah bahwa Rusia tidak memiliki kepentingan yang signifikan dengan AS. Kendati pun AS tidak melucuti sistem persenjataan rudalnya Rusia masih memiliki nilai tawar di kawasan, yakni Rusia merupakan penyuplai gas terbesar hingga kawasan Eropa Barat. Rusia dapat menganacm sekutu dekat AS tersebut dengan memutuskan saluran pipa gasnya sehingga akan membuat ketergantungan terhadap Rusia. Disamping itu Rusia masih memilii alutista yang dapat menandingi kekuatan persenjataan AS. Jadi sikap Rusia tersebut tidak permanen karena kepentingan Rusia dengan Iran sangatlah signifikan.

Cina merupakan satu-satunya negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang belum memberikan keputusan yang jelas perihal mendukung atau tidaknya terhadap sangsi yang akan di jatuhkan oleh negara anggota tetap PBB lainnya. Cina memiliki hak veto untuk menolak sangsi yang akan di berikan pada Iran.

Cina merupakan negara yang sedang mengalami kemajuan ekonomi yang cukup pesat. tetapi permasalahannya adalah China tidak memiliki sumber daya yang memadai. Untuk itu Cina sedang gencar-gencarnya melakukan kerjasama dengan negara-negara yang memiliki sumberdaya yang mana dalam hal ini adalah minyak. Cina juga melakukan kerjasama dengan beberapa negara di Benua Afrika terkait sumber daya fosilnya.

Cina tidak memiliki kepentingan yang signifikan dalam memberikan sangsi terhadap Iran. Bahkan China memiliki kepentingan yang signifikan dengan Iran. Cina kerap kali menguslkan dialog dan jalur diplomaitk guna menyelesaikan ketegangan yang terjadi. Sebaliknya Cina memiliki masalah dengan AS yang baru saja menjual persenjataan rudalnya kepada Taiwan. Cina telah meperingatkan AS untuk tidak menjual persenjataan rudal tersebut tetapi AS tidak menggubrisnya.

Cina bisa saja memberikan dukungan sangsi yang di tujukan terhadap Iran apabila upaya diplomatik dan dialog tersebut gagal. Bukan tidak mungkin kini Cina memberikan dukungan sangsi terhadap Iran seperti beberapa tahun yang lalu pada tahun 2006 dimana Cina mendukung resolusi PBB 1747. Resolusi tersebut dikeluarkan akibat kegagaglan Iran untuk menghentikan pengayaan uraniumnya. Resolusi tersebut juga bertujuan untuk menghentikan berbagai macam perdagangan teknologi nuklir dengan Iran dan mebekukan aset-aset yang terkait dengan segala bentuk sensitifitas aktifitas nulir dengan Iran. Bahkan pada tahun 2007 Cina juga mendukung resolusi 1747, yang memberikan tambahan embargo persenjataan dan resolusi 1803 pada tahun 2008 terkait pemeriksaan aliran dana dan inspeksi kargo.

Tetapi hingga kini belum ada indikasi yang serius dari Cina untuk mendukung sangsi yang akan dijatuhkan terhadap Iran. Disamping itu Cina masih memiliki kepentingan yang mendasar terkait minyak dari Iran dimana Cina memasok sekitar 12 persen minyak dinegaranya dari Iran dan beberapa perusahaan Cina yang aktif di Iran juga memiliki kepentingan di Tehran.

Cina juga seringkali mengalami tekanan dari negara-negara Barat terkait pelanggaran HAM. Cina tidak menyukai suara-suara negatif yang keluar dari negara-negara Barat dan AS yang seringkali mendesak Cina untuk memperbaiki masalah pelanggaran HAM tersebut. Untuk itu Cina mengeluarkan kebijakan "noninterference". Cina tidak ingin mengganggu negara lain dengan harapan negara lain tidak mengganggu berbagai bentuk keputusan yang di buat oleh Cina di dalam negerinya.

kesimpulannya adalah AS harus lebih memikirkan kepentingan Rusia dan Cina yang enggan memberikan dukungan sangsi terhadap Iran. Dengan Rusia AS sudah mengambil langkah yang positif dengan melucuti sistem pertahanan anti rudalnya dari kawasan.

kemudian Cina masih enggan untuk mendukung sangsi dari DK PBB untuk Iran karena Cina belum melihat kepentingan bagi negaranya dengan ikut serta menjatuhkan sangsi terhadap Iran. Apabila AS dapat lebih bekerjasama dengan Cina seperti tidak mengakui kedaulatan Beijing dan tidak menjual persenjataan militer kepada Beijing mungkin Cina dapat mempertimbangkan usulan AS tersebut.

Kondisi di Iran menimbulkan dilematis yang mendalam, karena apabila terbukti Iran mengembangkan uranium untuk di jadikan senjata pertahanan maka akan menimbulkan ketegangan di kawasan, seperti serangan militer, konflik bersenjata, dan arms race.

Iran terus menggalang kerjasama dengan Venezela yang saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Hugo Chavez yang beraliran kiri. Chavez juga telah berkunjung ke Iran dalam beberapa kali kesempatan dan tidak menemukan adanya rencana dari Iran untuk menciptakan senjata nuklir. Chavez juga mendukung program pengayaan uranium Iran.

Kerjasama Iran dengan Venezuela hanyalah sebatas ekonomi terkait sumberdaya kedua negara tersebut, tetapi dalam hal militer kedua negara tertinggal jauh dari lawan-lawannya.

AS harus mempertimbangkan banyak hal sebelum melakukan invasi militer, karena invasi AS di Afghanistan dan Irak telah makan biaya yang tidak sedikit. Dan opini masyarakat dunia akan semakin negatif terhadap AS. Di samping itu AS juga masih memiliki kewajiban memperbaiki tatanan sistem pemerintahan di kedua negara tersebut.

Apabila AS tetap melakukan invasi militer terhadap Iran maka keadaan Rusia di sebelah selatan akan semakin terjepit dengan pangkaln-pangkalan militer AS. Kazakhstan sedang menjajaki kerjasama untuk membangun pangkalan militer, maka lengkap sudah kekuatan militer AS yang dapat dengan leluasa memantau perkembangan Rusia yang kini sedang bangkit kembali setelah terpuruk dengan jatuhnya Uni Soviet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun