Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Perjalanan Kereta Jakarta-Jogja dan Harapan Indah untuk Badan Bank Tanah

25 Januari 2025   06:13 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:42 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesaksian warga tentang peran Bank Tanah - Instagram badanbanktanah.official

Masyarakat yang menjadi subjek Reforma Agraria akan mendapatkan Hak Pakai di atas HPL Badan Bank Tanah selama 10 tahun. Akan diberikan Sertifikat Hak Milik (SHM) apabila telah dimanfaatkan dengan baik.

Prosedurnya, Bank Tanah menyiapkan lahannya, verifikasi subjek dilakukan oleh Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) yang diketuai oleh Bupati/Wali Kota. Sebagai contoh, Badan Bank Tanah mengelola 1550 Ha Reforma Agraria kawasan perkebunan di Poso, 1873 Ha di Penajam Paser Utara, dan 203 Ha di Cianjur.

Harapan kita, Badan Bank Tanah dapat berkolaborasi dengan pemangku kepentingan pertanian nasional dan daerah untuk mendukung agar kaum muda dapat mendapatkan tanah untuk pertanian dan perkebunan modern. Tanah air kita subur, bonus demografi pun nyata, tinggal kolaborasi agar kita menjadi tuan rumah agraris di tanah sendiri. 

Gundah gulana warga pendamba rumah tinggal

Seni terindah di masa depan adalah menciptakan kehidupan yang nyaman dari sebidang tanah kecil. (Abraham Lincoln)

Sepanjang perjalanan kereta, aku melihat rumah-rumah tepi rel yang tampak kumuh. Memang tak mudah memiliki rumah. Sama susahnya dengan mencari belahan jiwa yang bukan sekadar tempat singgah.  

Perjalanan kereta api tujuh jam Jakarta-Jogja mencapai detik-detik terakhirnya. Kereta yang aku tumpangi memasuki Stasiun Tugu Jogja. Stasiun ini penuh kenangan indah bagi siapa saja yang singgah di Kota Pelajar. 

Ada yang bilang, ada sesuatu yang tertinggal di Jogja setiap kali kita meninggalkannya. Kenapa? Karena Jogja memang terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. Setidaknya begitulah menurut almarhum Joko Pinurbo, penyair asli Kota Gudeg ini.

Stasiun Tugu Jogja - dokpri Bobby 
Stasiun Tugu Jogja - dokpri Bobby 

Sebagai warga asli Jogja, aku merasakan betapa sulitnya bagi warga untuk mendapatkan rumah tinggal. Bagi warga Jogja dengan UMR semenjana, memiliki rumah di dalam kota hampir mustahil.

Lebih lagi bagi warga dari kalangan bawah. Para pemulung, pengamen, pedagang kecil, dan sebagainya sangat kesulitan mendapatkan tempat tinggal layak. Syukurlah, Badan Bank Tanah turut berperan menyediakan perumahan layak bagi kalangan bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun