Sekolah Anak Kolong membina anak-anak usia empat sampai delapan tahun dengan pembekalan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. Sejak awal pendiriannya, Sekolah Anak Kolong (Ankol) Penjaringan ini menampung siswa-siswi kaum papa yang terhalang masuk sekolah negeri karena faktor biaya dan tidak punya akta kelahiran.
Sekolah Anak Kolong ini menjadi wahana edukasi bersemangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Di antara mayoritas murid beragama Islam, ada pula siswa beragama Hindu. Sementara keluarga almarhum Paulus Madur pemeluk Katolik.
Tahun 2025 ini sayangnya menghadirkan ketidakpastian bagi Bu Erna dan anak-anak TK AnKol. Ruang sekolah terancam penggusuran Tol Jembatan Tiga Pluit. Sampai kini, belum ada kabar pasti mengenai tanah pengganti. Nasib anak-anak kaum papa pun terkatung-katung.
Aku dan warga biasa berharap, pemerintah melalui Badan Bank Tanah bisa menyediakan solusi bagi kelangsungan pendidikan kaum marginal. Tujuan didirikannya Badan Bank Tanah pada April 2021. adalah untuk menjamin ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan, yang mencakup kepentingan umum, sosial, dan pembangunan nasional. Juga mencakup pemerataan ekonomi, konsolidasi lahan, dan reforma agraria.
Bank Tanah setakat ini telah juga berhasil menyediakan tanah bagi kepentingan pendidikan. Badan Bank Tanah menyediakan lahan di Batang, Jawa Tengah seluas 5.000 meter persegi untuk pembangunan gedung Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Diponegoro (Undip). Ini sebuah upaya yang layak kita apresiasi.
Harapan kita, Badan Bank Tanah (BBT) dapat pula membantu penyediaan lahan untuk pendidikan kaum marginal, termasuk Sekolah Anak Kolong Jembatan Tiga Penjaringan. Apalagi baru-baru ini Presiden Prabowo mengemukakan gagasan pendirian sekolah-sekolah untuk anak-anak kurang mampu. Sangat mungkin menyediakan tanah dengan kolaborasi Badan Bank Tanah dan pemangku kepentingan pendidikan tingkat nasional maupun daerah.