Sejatinya, Erik ten Hag bukan pelatih kacangan. Terbukti, pada tahun 2012, saat ditunjuk sebagai manajer Go Ahead Eagles, Ten Hag mampu membawa klub antah-berantah tersebut promosi ke Eredivisie pada musim debutnya.Â
Ten Hag lantas bergabung dengan Bayern Munich II pada tahun 2013 dan memenangkan promosi ke Regionalliga Bayern pada tahun 2014. Dia kembali ke Belanda pada tahun 2015 sebagai direktur olahraga dan pelatih kepala di Utrecht.
Dia bergabung dengan Ajax pada tahun 2017, di mana dia memenangkan tiga gelar Eredivisie, dua Piala KNVB, dan membawa Ajax ke semifinal Liga Champions UEFA 2018-19.
Pada awal musim ini, Erik ten Hag kesulitan menangani MU yang waktu itu masih terfokus pada Cristiano Ronaldo. Ya, siapa yang belum tahu bahwa Ronaldo memang hebat, namun sering kali menyedot perhatian tim pada dirinya semata.Â
Konflik pun pecah akibat keberanian Ten Hag membangkucadangkan Ronaldo dalam beberapa pertandingan penting. Ronaldo tak tahan lagi. Ia memilih pindah ke Liga Arab Saudi.Â
Rekrutan Anyar Ten Hag
Ten Hag ternyata mempercayai duo mantan pemain binaannya di Ajax Amsterdam, yaitu Anthony dan Lisandro Martinez sebagai kunci perubahan MU selepas Januari.Â
Ditambah dengan Casemiro dan Marcel Sabitzer di lapangan tengah dan striker jangkung Wout Weghorst, Ten Hag berhasil membangun pondasi yang baik di tim utama MU saat ini.Â
Lisandro Matinez sang juara Piala Dunia bersama Argentina yang awalnya diragukan justru moncer sebagai bek tangguh. Meski tingginya "hanya" 175 cm, Martinez justru mampu unggul duel bola atas.Â
Tarian Ten Hag
Tarian Ten Hag bersama dua bintang baru yang ia boyong dari Amsterdam menandakan bahwa kegembiraan dan optimisme telah mekar di Old Trafford. Bersama Anthony dan Martinez, Ten Hag sudah meraih prestasi gemilang di Negeri Kincir Angin.