Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bocoran Orang Dalam tentang Mafia Bola Indonesia Beberapa Tahun Silam

16 Januari 2023   10:54 Diperbarui: 16 Januari 2023   11:02 2514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepak bola Indonesia bak hidup segan mati tak mau. Betapa tidak, prestasi sepak bola nasional kita sangatlah memprihatinkan. Bahkan dalam masa-masa ini, kita mengalami aneka tragedi: Kanjuruhan dan penghentian Liga 2 dan 3. 

Adanya mafia bola bukan isapan jempol belaka. Mafia bola sungguh ada. Mafia bola adalah persekongkolan oknum pengurus federasi, pengurus klub, pemain, wasit, bandar judi, dan lain sebagainya yang bertujuan menguntungkan pihak-pihak tertentu baik secara finansial maupun penjenamaan (branding) diri dan lembaga.

Dalam sebuah obrolan dalam mobil yang melaju di belantara Jakarta, saya "mewawancarai" seorang dalam yang ternyata mengalami sendiri cara kerja mafia bola Indonesia beberapa tahun silam.

Narasumber ini bukanlah mantan pengurus dan bukan pula pemain sepak bola. Ia seorang berusia sekitar 50-60 tahunan. Uniknya, meski bukan pengurus atau pemain, ia memiliki akses yang lumayan luas dalam jajaran pergaulan petinggi dan pengurus klub, serta pemain bola.

Saya tidak bisa mengatakan secara spesifik profesinya dahulu demi menjaga kerahasiaan. Yang jelas, profesinya inilah yang menghantarnya bisa bergaul dengan lingkaran inti sepak bola nasional waktu itu, beberapa tahun silam.

Pengaturan skor di tubuh timnas Indonesia

"Kalau main bola normal, pasti kita ingin menang, kan," ujar narasumber yang saya sebut Pak Narsum ini. Saya mengangguk. Setelah menghela nafas panjang, Pak Narsum melanjutkan, "Tapi justru di timnas Indonesia waktu itu, jelang final sengaja mengalah."

Saya pun bertanya, mengapa bisa begitu. "Ya pertandingan turnamen itu dulu sudah ada yang atur. Bandar-bandar judi itu. Indonesia diminta kalah melawan tim tertentu di semifinal atau final. Nanti pengurus dan pemain yang mau kerja sama akan dapat duit," paparnya. 

"Pantasan timnas kita jarang juara, ya," komentar spontan saya. Pak Narsum tersenyum. Pahit. 

Baca juga: Bola itu Bundar tapi Kadang Milik Bandar

Pak Narsum lantas menyebutkan sejumlah nama mantan pemain timnas Indonesia yang menurutnya terlibat pengaturan skor. Juga nama sejumlah mantan pengurus federasi sepak bola kita. Mirisnya, sebagian nama-nama yang ia sebutkan masih berkiprah aktif dalam federasi dan atau klub-klub saat ini. 

"Kok Bapak bisa tahu?" selidik saya. "Ya karena saya sering bergaul dengan mereka dan lingkaran dalam mereka juga. Saya sudah ke seluruh Indonesia terkait urusan pekerjaan saya. Klub-klub daerah saya juga sambangi," jawabnya. 

Pemain titipan

"Bukan cuma itu, di timnas dulu juga ada pemain titipan. Main gak bener tapi dipanggil timnas," ujarnya lagi. Saya bertanya, bagaimana ciri-ciri pemain titipan itu.

"Mudah kok dilihat. Di posisi dia ada pemain lain yang lebih baik, tapi malah dia yang dipanggil timnas. Biasanya kalau pelatih timnasnya masih baik, pelatih jarang juga pasang pemain titipan di tim utama," paparnya.

"Oh, jadi cuma isi bangku cadangan saja, ya. Pak?" tanya saya. Pak Narsum mengangguk. Dia lantas sedikit berbisik,  "Bukan cuma dulu, sekarang juga masih ada pemain yang mau dititipin ke timnas." 

Kali ini saya yang menghela nafas panjang. Saya hanya bisa membayangkan, betapa beratnya jadi pelatih timnas Indonesia. Bukan soal sulit menghadapi tim negara lain, tetapi justru sulit menghadapi oknum-oknum dari dalam negeri sendiri.

Oknum-oknum yang bisanya teriak-teriak, "Pelatih harus out" walaupun mereka tahu, bukan salah pelatih kalau timnas jeblok selama ini. 

Lantas, di telinga terngiang kata-kata Soekarno: "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".

Salam sportif. Salut untuk para pejuang sepak bola nasional yang melawan mafia bola dengan gigih, dan sering harus disingkirkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun