Wacana Kongres Luar Biasa PSSI bergulir. Terakhir, PSSI mengirimkan surat pada FIFA bahwa Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI untuk memilih ketua umum, wakil ketua umum dan anggota Komite Eksekutif (Exco) akan dilakukan pada 18 Maret 2023.
Hal ini adalah sebuah kabar gembira, meski belum bisa dikatakan sebagai sebuah jaminan masa depan cerah pascatragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter.
Awal munculnya desakan KLB PSSI
Munculnya desakan KLB PSSI bermula dari rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dibentuk Pemerintah Indonesia setelah terjadinya tragedi Kanjuruhan.
TGIPF melalui rekomendasi yang ditulis pada 14 Oktober 2022 itu, menyarankan agar semua Exco PSSI, termasuk Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban moral atas jatuhnya ratusan korban, baik meninggal maupun luka-luka, pascatragedi Stadion Kanjuruhan.
TGIPF yang dipenggawai Menkopolhukam Mahfud MD menyarankan agar PSSI segera menyelenggarakan KLB agar dapat memilih anggota Exco baru. Tadinya agenda kongres PSSI adalah pada November 2023.Â
Kaesang Pangarep, putra Presiden Joko Widodo, juga mendukung adanya KLB PSSI untuk membaharui wajah kepengurusan PSSI, induk olah raga paling populer se-Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai pemilik klub Persis Solo, Kaesang ingin agar KLB diadakan.
KLB PSSI dan adanya oknum pengurus PSSI bergaya koboi
Sejatinya masyarakat sudah tahu bahwa kunci perubahan sepak bola nasional terletak di kantor pusat PSSI. Dalam arti, PSSI perlu membenahi diri dari dalam sebelum mengajak insan sepak bola, termasuk klub dan pemain, untuk berbenah.
Kita tahu, beberapa pengurus PSSI merangkap jabatan sebagai pemilik atau pengurus klub sehingga rawan terjadi konflik kepentingan. Bagaimana bisa menjaga netralitas jika ternyata petinggi klub masuk dalam jajaran operator liga?Â
Tak heran, warga masyarakat menuding bahwa praktik pengaturan skor dan perjudian masih tampak di sepak bola nasional. Tak usah jauh-jauh mencari contoh, Â ada pula oknum klub Indonesia yang (pernah) bersponsor rumah judi. Sungguh absurd!
Tak kalah absurdnya, ada oknum pengurus klub Indonesia yang bergaya koboi. Oknum yang menjadi pengurus sebuah klub di Pulau Jawa tersebut bahkan ditengarai memiliki senjata api. Entah dari mana dan entah apakah ia memiliki izin kepemilikan senjata atau tidak.
Yang jelas, si oknum ini sekian tahun silam dengan bangga menunjukkan senjata apinya kala mengikuti rapat klub. Senjata api itu ia gunakan untuk menciptakan kesan bahwa dia harus disegani. Informasi ini saya dapatkan dari informan yang tepercaya.Â
Gaya koboi semacam ini tidak sesuai dengan sisi sportivitas sepak bola. Bisa kita bayangkan, apa jadinya sepak bola Indonesia kala oknum pengurus federasi dan atau pengurus klub bergaya koboi.Â
Sepak bola kita selalu akan mengulang refren yang sama: "gagal maning lolos putaran final Piala Dunia". Boro-boro Piala Dunia, mengurus liga saja tak jua mampu.
Salam sportif. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H