Suatu ketika, aku mendengar bahwa ada klinik di Pematang Siantar, Sumatera Utara yang bisa menangani difabilitas semacam itu. Aku bertanya, dari mana aku bisa mendapatkan uang transportasi untuk membawa anak ini dan ibunya ke Sumut.
Aku coba hubungi beberapa rekan literasi di Kompasiana. Pertama-tama, untuk mencari kapal laut TNI AL. Sayang, menurut seorang rekan kompasianer yang adalah dokter TNI AL, tiada kapal dari Kalimantan ke Sumut.Â
Aku juga sempat menghubungi sebuah maskapai penerbangan swasta, namun surelku tak berbalas. Aku tak putus asa. Aku hubungi sejumlah rekan di Kompasiana untuk menggalang dana.Â
Syukur kepada Tuhan YME, beberapa sahabat literasi di Kompasiana mengulurkan tangan dari kemurahan hati mereka. Kini anak itu sudah bisa berjalan lagi seperti biasa.
"Mukjizat" ini terjadi berkat insan-insan budiman, termasuk para penulis di Kompasiana.
Membantu anak kolong
Pengalaman kedua yang membahagiakanku ialah ketika aku berhasil mendapatkan juara kedua dalam sebuah lomba blog di Kompasiana.Â
Sebagian hadiahnya aku gunakan untuk membantu para siswa-siswi mungil Sekolah Anak Kolong Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka dibina oleh Ibu Hermina, seorang guru relawati yang sepenuh hati mengabdi tanpa gaji selama puluhan tahun.
Beberapa waktu lalu, aku pun sempat mengunjungi langsung sekolah yang menampung anak-anak buruh cuci, pemulung, dan kaum marjinal itu.Â
Kebahagiaan Unik Anak-Anak Kolong Tol Penjaringan
Beberapa sahabat penulis di Kompasiana turut peduli dengan menyumbangkan dana bantuan yang aku salurkan langsung ke Sekolah AnKol Penjaringan. Beberapa sahabat penulis Kompasiana juga telah datang mengunjungi Ibu Hermina dan anak-anak kaum papa di situ.Â