Di media sosial beredar sebuah video yang mengabadikan wisuda sebuah kampus. Seorang mahasiswa membawa dua lembar kertas yang berisi kritik atas masih adanya pungutan liar atau pungli di kampusnya.Â
Satu lembar kertas ia berikan kepada petinggi kampus yang mewisudanya, satu lagi ia pamerkan di depan kamera.Â
Rupanya video itu merekam aksi protes saat prosesi wisuda program doktor, magister, PPDSp-1, profesi dan sarjana periode IV tahun akademik 2021/2022 di sebuah universitas ternama di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (25/5/2022).
Video itu mendapat reaksi beragam dari warganet. Sebagian besar memuji keberanian si mahasiswa untuk membongkar praktik pungli di kampusnya.Â
Sebagian lagi dengan nada humor berharap agar si mahasiswa aman-aman saja.Â
Mengulik pesan kritik pungli secara publikÂ
Apa yang dilakukan mahasiswa pemrotes pungki saat wisuda ini adalah wujud aspirasi yang mungkin selama ini tidak dapat ia salurkan secara terbuka selama masih menjadi mahasiswa.Â
Baru saat setelah diwisuda, ia mendapat angin untuk berani secara terbuka mengkritik kampus yang masih ditandai pungli. Peristiwa ini menandakan, masih banyak pengelola lembaga pendidikan belum siap menerima kritik terbuka dari mahasiswa.Â
Ketika seorang mahasiswa memberikan masukan secara jujur, kadang justru si mahasiswa dipersulit dalam urusan akademik. Sejumlah oknum pengajar juga bersikap antikritik sehingga memperumit keadaan.Â
Pertanyaan kita, jika tidak ada masukan berharga dalam wujud kritik konstruktif, bagaimana sebuah lembaga pendidikan akan berkembang?Â
Justru para pengelola dan pengajar perlu bercermin diri: apakah menjadi bagian dari solusi atau masih menjadi bagian dari masalah?Â
Seringkali mahasiswa yang jujur justru ditekan demi menutupi borok lembaga pendidikan. Tidak mengherankan bila kualitas sebagian besar lembaga pendidikan Indonesia masih semenjana.Â
Menurut QS World University Rankings 2022, peringkat terbaik universitas di Indonesia diraih Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta yang menduduki peringkat 254 dunia.
Disusul Universitas Indonesia (UI), Depok, peringkat 290 di seluruh dunia; Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, peringkat 303 dunia; Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, peringkat 465 dunia, dan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, peringkat 511-520 dunia.
Indikator yang digunakan QS World University Ranking adalah reputasi akademik, reputasi pegawai/lulusan, rasio fakultas/mahasiswa, sitasi per fakultas, rasio fakultas internasional, dan  rasio mahasiswa internasional.
Pentingnya saluran aman bagi pelapor di dalam lembaga pendidikan
Viralnya video mahasiswa protes pungli ini menunjukkan, ada kekurangan dalam sistem pelaporan pelanggaran di lembaga pendidikan.Â
Seharusnya setiap kampus mengembangkan sistem pelaporan anonim tetapi bertanggung jawab. Dalam arti, identitas pelapor hanya diketahui oleh pihak berwenang, yang bukan bagian dari pihak yang sedang dikritik. Ini memang tidak mudah, namun bisa diwujudkan.Â
Kita tahu, pelanggaran dan kejahatan bisa terjadi di mana saja dan dilakukan oleh siapa saja, termasuk di lembaga pendidikan (tinggi). Karena itu, kemudahan melapor seharusnya menjadi prioritas agar "bersih-bersih" dari dalam kampus bisa diwujudkan.
Perlu dibuat pula keterbukaan informasi mengenai siapa otoritas lebih tinggi yang bisa dihubungi dengan mudah ketika pihak yang dilaporkan ternyata adalah petinggi kampus.
Misalnya, cara menghubungi dengan mudah Ketua Yayasan yang menaungi kampus swasta. Keterbukaan informasi dan akuntabilitas ini akan meningkatkan mutu pendidikan.Â
Pihak pengelola kampus menjadi lebih sadar diri bahwa mereka tidak bisa seenaknya membuat keputusan atau bahkan menarik pungli. Pihak mahasiswa menjadi lebih lega karena tahu kepada siapa mereka harus mengadu.Â
Mengadu setelah wisuda di depan kamera tentu adalah cara ekstrem. Jika pengelola lembaga pendidikan terbuka menerima kritik, hal ekstrem seperti itu tidak perlu terjadi.Â
Salam edukasi. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI