Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Skandal Plusvalenza, Juventus Terancam Sanksi, Emil Audero Mulyadi Jadi Korban

27 Maret 2022   07:13 Diperbarui: 27 Maret 2022   07:14 2895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu skandal besar yang terjadi dalam sepak bola Italia saat ini, yaitu skandal plusvalenza yang melibatkan setidaknya 11 klub Italia, termasuk Juventus. 

Pemberitaan plusvalenza ini memuat pula opini sejumlah pengamat bahwa mungkin saja Juventus dan klub-klub yang terlibat akan mendapat sanksi, termasuk kemungkinan degradasi dan pencopotan gelar. 

Apa itu skandal plusvalenza? Klub mana saja yang terlibat? Mengapa Juventus disebut mungkin terdampak sanksi terberat? Mengapa Emil Audero Mulyadi jadi korban plusvalenza? 

Arti plusvalenza

Plusvalenza adalah istilah bahasa Italia di bidang ekonomi yang berarti "peningkatan nilai positif antara dua harga dari satu barang yang sama pada saat yang berbeda." 

Plusvalenza berasal dari "plus" dan "valenza" atau nilai. Pertama-tama, kita harus mulai dari konsep capital gain.  Aset utama sebuah klub adalah hak registrasi pemain. Ini adalah nilai yang dibayarkan klub yang mentransfer pemain. 

Jumlah hak registrasi pemain ini harus dimasukkan dalam neraca keuangan klub dan disebar selama masa kontrak si pemain. 

Capital gain juga bisa fiktif, apalagi di dunia sepakbola. Justru jenis keuntungan modal inilah yang dianalisis oleh para penyelidik skandal plusvalenza.

Keuntungan modal fiktif bertujuan untuk membuat kekayaan bersih klub tampak lebih tinggi daripada kekayaan yang sebenarnya, dengan menukar pemain dan menaikkan harga mereka. Seringkali dalam plusvalenza, para pemain muda atau pemain cadangan dijual dengan asumsi nilai yang lebih tinggi daripada nilai pasar sebenarnya. 

Dalam kasus transfer pemain muda ini putaran uang tidak nyata, tetapi hanya untuk membuat laporan kekayaan klub "sehat" sesuai Financial Fair Play UEFA. Pertukaran dua pemain muda berusia 18 tahun dari akademi dua klub dengan nilai masing-masing 25 juta, akan membuat kedua klub memiliki capital gain tinggi untuk kedua klub. 

Singkat kata, dalam sepak bola, plusvalenza adalah saat dua klub sepakat "mempermak" laporan keuangan agar tampak sehat dengan menggelembungkan harga pemain-pemain yang mereka perjualbelikan. 

Klub mana saja yang terlibat dalam skandal plusvalenza?

Menurut calcioweb, ada sebelas klub Italia yang terlibat skandal plusvalenza yaitu Juventus, Napoli, Empoli, Sampdoria, Genoa, Pisa, Parma, Pro Vercelli, Pescara, kemudian Novara dan Chievo. Skandal plusvalenza yang diselidiki terkait musim 2018-2019, 2019-2020 dan 2020-2021.

Sebenarnya plusvalenza adalah praktik umum akuntansi klub-klub sepak bola di Italia dan sejumlah negara lain. Menurut Eurosport, hampir semua klub besar Italia melakukan plusvalenza. Antara lain Juventus, Roma, Napoli, Inter, Atalanta, Lazio, dan Milan.

Plusvalenza 10 tahun terakhir melibatkan hampir semua klub besar Italia-eurosport
Plusvalenza 10 tahun terakhir melibatkan hampir semua klub besar Italia-eurosport

Hanya saja, Juventus mencatat plusvalenza yang terbesar, yaitu nyaris 700 juta euro selama 10 tahun dengan jumlah penggelembungan 42 transfer pemain!

Di antara tersangka adalah pemimpin klub Juventus: presiden Andrea Agnelli, wakil presiden Pavel Nedved, serta mantan direktur olahraga Fabio Paratici (sekarang pindah ke Tottenham). Omset plusvalenza menurut penyelidikan terbaru pada 2022 "hanya" berjumlah 322 juta euro. Artinya, sebenarnya masih banyak plusvalenza yang belum sempat diselidiki. 

Menariknya, Juventus melakukan plusvalenza tidak hanya dengan klub-klub Italia saja tetapi juga klub besar Eropa. Misalnya, pada 2020 Arthur ditransfer Juve dari Barcelona dengan harga 72 juta euro, sementara Miralem Pjanic dijual Juve ke Barca dengan harga 60,8 juta euro. 

Juve dan Manchester City juga terlibat transaksi plusvalenza kala "bertukar" Joao Cancelo (65 juta euro ke City) dan Danilo (37 juta euro ke Juventus). Menariknya, ada pasangan pemain plusvalenza lain antara dua klub ini: Felix Correia dan Pablo Moreno.

Napoli juga disebut dalam skandal plusvalenza ini. Contoh mencolok mata, transfer Osimhen dari Lille dengan harga 81 juta euro. Padahal, harga pasar Osimhen hanya 36 juta euro!

Emil Audero Mulyadi menjadi korban plusvalenza

Ada satu nama yang tidak asing bagi pencinta sepak bola Indonesia. Dialah Emil Audero Mulyadi, kiper berdarah Indonesia-Italia yang sempat didekati PSSI untuk diajak menjadi pemain timnas Indonesia.

Nama Emil Audero Mulyadi tercatat dalam salah satu paket plusvalenza Juventus dan Sampdoria pada 2019. Menurut sport.sky.it, Juventus dan Sampdoria menukar Emil Audero Mulyadi dengan dua pemain muda:  Douda Peters dan Erasmo Mule.

Juventus menjual Emil Audero Mulyadi ke Sampdoria dengan harga 20 juta euro. Sampdoria menjual Daouda Peters dengan harga 4 juta euro dan Erasmo Mule dengan harga 3,5 juta euro ke Juventus. 

Pemain, terutama pemain muda menjadi korban plusvalenza

Para pemain, terutama pemain cadangan dan pemain muda, biasanya menjadi korban plusvalenza ini. Mereka dijual dan ditukar bak barang saja untuk "mempermak" neranca keuangan klub-klub pelaku plusvalenza agar dinyatakan sehat dan layak mengikuti kompetisi UEFA.

Klub-klub itu tidak sungguh-sungguh peduli pada bakat para pemain yang diperjual-belikan dalam skema plusvalenza. Coba saja lihat nasib dua pemain muda yang dijadikan objek plusvalenza Juventus dan Sampdoria.

Daouda Peters kini dipinjamkan Juventus ke Standard Liege Belgia. Dia hanya 5 kali tampil di klub Belgia itu. Sementara Erasmo Mule kini dipinjamkan Juventus ke Cesena di Seri C Italia.

Ganjilnya lagi, harga transfer Erasmo Mule dan Daouda Peters yang dicatat oleh laman Transfermarkt jauh lebih rendah dari angka plusvalenza Juventus-Sampdoria. 

Transfer Erasmo Mule menurut skema plusvalenza bernilai 3,5 juta euro, tetapi menurut Transfermarkt nilainya hanya 300.000 euro. Daouda Peters yang dibeli dari Sampdoria dengan mahar 4 juta euro hanya dihargai Transfermark 800.000 euro saja!

Penting dicatat, Emil Audaro Mulyadi dan para pemain yang tercatat dalam plusvalenza adalah korban, bukan pelaku. Mereka sering tidak berdaya ketika klub memutuskan untuk menjual atau meminjamkan mereka ke klub lain. 

Juventus dan klub-klub Italia terancam sanksi

Skandal plusvalenza ini kini disadari FIGC dan otoritas pengadilan Italia sebagai praktik yang tidak adil. Mungkin saja, plusvalenza tidak melanggar aturan keuangan standar, namun dampaknya jelas merugikan sepak bola secara umum.

Klub-klub pelaku plusvalenza mendapatkan keuntungan boleh berlaga di aneka kompetisi sebagai klub berneraca keuangan sehat, namun hasil rekayasa. Para pemain, terutama pemain cadangan dan pemain muda menjadi korban karena hanya diperjualbelikan demi mempermak neraca keuangan klub.

Sungguh, plusvalenza jika dibiarkan akan merusak sportivitas. Kita belum tahu pasti, apa sanksi yang akan dijatuhkan kepada para klub pelaku plusvalenza di Italia. 

Mungkin saja, klub-klub pelaku plusvalenza akan mendapat sanksi administrasi, pengurangan poin, atau bahkan degradasi. 

Yang jelas, CODACONS atau yayasan pembela hak konsumen dan lingkungan menuntut agar Juventus didegradasi ke seri B dan gelar domestiknya dicabut selama masa plusvalenza yang dilakukan. 

Bagaimana pendapat para penggemar klub-klub yang disebut dalam skandal plusvalenza ini? Kenapa Juventus yang (lagi-lagi) disasar? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun