Pandemi Covid-19 telah mengubah dunia dan penghuninya, termasuk kita. Masyarakat Indonesia yang tadinya asing dengan masker kesehatan akhirnya mulai terbiasa memakai masker demi mencegah penularan Covid-19.Â
Akan tetapi, di sejumlah negara memakai masker kesehatan sudah menjadi budaya jauh sebelum pandemi Covid-19 merebak. Umpama, masyarakat Jepang terbiasa memakai masker demi kesehatan.
Menurut laman Kementerian Luar Negeri Jepang, masker mulai digunakan di Jepang pada tahun 1870-an atau sekitar 150 tahun yang lalu. Pada saat itu, orang-orang yang bekerja di tambang batu bara dan pabrik mengenakan masker untuk melindungi diri dari debu. Masker hitam paling populer karena jika kotor pun tidak terlalu kelihatan.
Permintaan masker meningkat pesat di Jepang setelah penyebaran influenza di negara itu mulai tahun 1918. Rupanya, poster-poster informatif dipasang di jalan-jalan untuk mendorong orang memakai masker pada waktu itu.Â
Hingga kini pun, warga Jepang terbiasa mengenakan masker kala musim influenza dan musim mekarnya bunga untuk mencegah alergi serbuk sari. Sedikit berbeda dari sebagian besar masyarakat negara lain, warga Jepang terbiasa memakai masker modis.
Apa saja 5 alasan kita perlu membudayakan memakai masker modis ala Jepang? Masker tidak hanya berfungsi mencegah Covid-19 saja.
1. Mencegah penularan flu biasa dan flu burung
Flu biasa disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae. Ada empat jenis virus influenza yang menyerang manusia dan hewan. Menurut laman CDC, virus influenza manusia tipe A dan B menyebabkan epidemi penyakit musiman (dikenal sebagai musim flu).
Sebuah penelitian oleh Mitsou Uchida dkk. (2017) atas ribuan anak sekolah Jepang menemukan bahwa "vaksinasi dan memakai masker mengurangi kemungkinan mengembangkan influenza musiman."
Mengenakan masker dapat mengurangi risiko tertular virus influenza. Laman CDCÂ menyarankan agar tenaga kesehatan dan mereka yang merawat pasien memakai masker kala berada sekitar 1,8 meter dari pasien influenza.
Seorang pasien dewasa dapat menularkan virus influenza satu hari sebelum gejala muncul dan sampai kira-kira 5 sampai 7 hari setelah timbulnya penyakit flu.Â
Karena itu memakai masker kesehatan bisa bermanfaat karena bisa jadi seseorang belum menunjukkan gejala flu, tetapi sudah bisa menularkan virus influenza.Â
2. Mencegah masuknya polusi udara
Masker juga bermanfaat menyaring udara yang kita hirup sehari-hari. Menurut laman iqair, masker pelindung wajah diberi label  N90, N95, atau N99 sebagai penanda bahwa masker itu mampu menyaring partikel halus (hingga 0,3 mikron).
Masker berfilter N95, misalnya, memblokir 95% partikel halus, N90 memblokir 90%, dan seterusnya. Standar umum lainnya termasuk KN95 dan FFP2. Keduanya setara dengan standar N95 untuk partikel hingga 0,3 mikron.
Jika kita ingin melindungi diri dari polusi partikel atau aerosol menular di udara, masker N95, KN95, atau FFP2 harus menjadi masker standar.Â
3. Melindungi dari paparan ultraviolet (UV)
Sinar ultraviolet dapat menyebabkan masalah kulit, bahkan kanker kulit jika terlalu banyak kita terima. Sebuah penelitian oleh Valery C. Doyon (2021) menunjukkan, masker kesehatan bisa juga melindungi dari paparan sinar matahari.Â
Pilihan masker terbaik untuk perlindungan dari sinar UV adalah masker 3 lapis hitam yang ditenun rapat dengan komposisi poliester atau kombinasi poliester dan serat alami. Untuk perlindungan optimal terhadap virus dan radiasi UV, masker bedah harus dikenakan di bawah masker kain pelindung UV.
Masker yang secara khusus diproduksi untuk melindungi dari paparan ultraviolet biasanya diberi label UPF 50.Â
4. Melindungi dari alergi serbuk sari
Sejumlah besar orang di Jepang memakai masker untuk mencegah alergi serbuk sari. Di Jepang, sekitar 30% orang menderita hay fever atau alergi serbuk sari.Â
Alergi ini memicu bersin dan pilek ketika serbuk sari cedar Jepang, cemara Jepang, atau pohon lainnya selama musim semi dan musim gugur.Â
5. Menjadikan penampilan lebih modis
Saat ini ada tren menggunakan masker agar penampilan lebih modis, bukan hanya untuk kesehatan. Di Jepang ada masker yang dibuat dengan Sekishu Washi, sejenis kertas tradisional Jepang.Â
Juga ada masker dengan kain Nishijin Ori, kerajinan tangan dari Kyoto yang terkenal dengan banyak kuilnya. Kita juga dapat menemukan masker dari kain Oshima Tsumugi dari Amami Oshima, sebuah pulau terpencil di selatan kepulauan Jepang.
Masker ini dibuat sebagai perpaduan teknik tradisional yang telah diturunkan sejak zaman kuno di Jepang bersama dengan selera mode modern yang unik. Hasilnya, masker yang indah dan bermanfaat.
Indonesia sebagai negara besar yang pada 2022 ini menjadi ketua G20 memiliki potensi kain dan corak hias yang sangat luar biasa untuk diaplikasikan pada masker.
Wastra Nusantara sangatlah beragam dan memesona. Mulai dari Sabang sampai Merauke, seni tenun dan tekstil tradisional masih berkembang di zaman kiwari.Â
Masker batik motif Megamendung bahkan dikenakan PM Jepang (PM) Jepang Yoshihide Suga saat berkunjung ke Indonesia pada 2020 lalu. Â Presiden Joko Widodo pada peringatan Hari Batik Nasional 2 Oktober 2020 juga mengajak warga mengenakan masker batik.
Salah satu UMKM inspiratif yang memberdayakan kaum difabel untuk membuat pakaian dan masker batik adalah Batik Wistara. Kita pun bisa mendukung pengusaha kecil dengan membeli masker produksi dalam negeri.Â
Mari kita dukung G20 dengan tema "Recover Together, Recover Stronger". Sesuai semangat pemulihan global pasca-pandemi Covid-19, mari kita budayakan mengenakan masker untuk melindungi diri dan orang lain. Sekaligus menambah modis penampilan dan memperkenalkan wastra Nusantara!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H