Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

3 Inspirasi dari Ahsan/Hendra dan Bagas/Fikri yang Ciptakan All Indonesian Final All England

20 Maret 2022   02:38 Diperbarui: 20 Maret 2022   05:46 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagas/Fikri kalahkan Minions, ciptakan All Indonesian Final All England melawan Ahsan/Hendra - PBSI

Kemenangan Ahsan/Hendra atas pasangan China He Ji Ting/Tan Qiang dan Bagas/Fikri atas Marcus/Kevin di semifinal menciptakan All Indonesian Final All England 2022. 

Kedua partai semifinal menyajikan laga yang seru dengan situasi khas masing-masing. Pada laga Bagas/Fikri melawan sesama ganda putra Indonesia, Bagas/Fikri kembali menunjukkan diri sebagai pembunuh raksasa.

Sementara itu pada pertandingan Ahsan/Hendra melawan pasangan China He Ji Ting/Tan Qiang, Ahsan dan Hendra harus pandai-pandai menjaga performa karena cedera yang dialami Ahsan.

Inilah tiga inspirasi dari Ahsan/Hendra dan Bagas/Fikri yang ciptakan all indonesian final ganda putra All England 2022!

Pertama, usia hanyalah angka

Usia hanyalah angka. Ini berlaku baik bagi pasangan muda Bagas/Fikri maupun pasangan senior Ahsan/Hendra. 

Bagas Maulana, pemain asal Cilacap berusia 23 tahun. Muhammad Sohibul Fikri, pemuda Bandung, berusia 22 tahun. Mereka berhasil menunjukkan kematangan permainan di usia muda melawan pasangan yang lebih berpengalaman.

Tak tanggung-tanggung, Bagas/Fikri menumbangkan Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia) yang adalah unggulan kedelapan All England 2022 di perdelapan final. 

Di perempat final, mereka mengalahkan juara dunia asal Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Dahsyatnya lagi, di semifinal mereka mampu mengungguli Minions, peringkat satu dunia saat ini. 

Sementara itu, Ahsan/Hendra adalah kombinasi pemain berusia 34 dan 37 tahun! Ahsan/Hendra mencatat penampilan impresif kala mengalahkan para pemain yang jauh lebih muda.

Ahsan/Hendra bahkan mencatat rekor istimewa sebagai pebulutangkis yang selalu minimal masuk final kejuaraan kelas atas setiap tahun selama 20 tahun! Hanya Lin Dan yang mampu "bersaing" dengan 19 tahun selalu masuk final minimal sekali.

Kedua, status hanyalah semu

Ketika pemain diperbincangkan sebelum pertandingan, ada pemain unggulan dan bukan unggulan. Bahkan antara sesama pemain berperingkat atas, ada status sebagai pemain yang lebih dijagokan untuk juara dan tidak.

Ketika pemain sudah menginjak lapangan pertandingan, bagi Bagas/Fikri dan Ahsan/Hendra status hanyalah semu. Siapa saja lawan di hadapan bisa dikalahkan dengan usaha dan doa.

Bagas/Fikri bahkan sama sekali tidak diunggulkan sejak awal turnamen. Sementara Ahsan/Hendra kerap dipandang sebelah mata karena status mereka sebagai pasangan gaek. 

Nyatanya, status hanyalah semu. Kerja keras dan kerja cerdas menjadi pembeda, bukan status. 

Ketiga, persaingan menajamkan kualitas

Pengamat dan penggemar bulu tangkis Malaysia sempat berkomentar bahwa Indonesia beruntung memiliki banyak pemain ganda putra yang bagus dan saling bersaing keras.

Ahsan/Hendra juga tetap berlatih bersama para pemain pelatnas meski secara resmi mereka bukan lagi pemain pelatnas Cipayung sejak akhir 2018. Ya, Ahsan/Hendra saat ini adalah atlet independen profesional, tak lagi mewakili pelatnas Indonesia. 

Hendra/Ahsan kalahkan ganda China dan lolos ke final All England 2020 - kompas.com/Garry Lotulung
Hendra/Ahsan kalahkan ganda China dan lolos ke final All England 2020 - kompas.com/Garry Lotulung

Di pelatnas Cipayung, para pemain ganda putra Indonesia saling bersaing dalam latihan sehari-hari. Persaingan para pemain yang berlatih di Cipayung menajamkan kualitas.

Sepanjang pengamatan, saat ini ada Gideon/Kevin, Hendra/Ahsan, Fajar/Rian, Pramudya/Yeremia, Bagas/Fikri, Leo/Daniel, dan Wahyu/Ade Yusuf dalam 50 peringkat teratas ganda putra dunia. 

Kita mungkin tidak tahu persis, bagaimana sparring partner diatur dalam pelatnas Cipayung. Akan tetapi, bisa kita bayangkan bahwa para pemain muda dibantu para pemain senior untuk meningkatkan kemampuan mereka. Sebaliknya, para pemain senior dibantu pemain muda untuk menjaga performa mereka. 

Siapa pun pemain Indonesia yang akhirnya menjadi juara tentu patut berterima kasih pada para pemain lain yang sehari-hari menjadi partner latihan dan mitra diskusi di luar dan dalam lapangan. 

Selamat, para atlet bulu tangkis Indonesia. Mari nikmati final sesama Indonesia antara Bagas/Fikri dan Ahsan/Hendra pada hari Minggu di Birmingham Arena, Inggris. 

Penting dicatat, All Indonesian Final ini adalah yang kesepuluh dalam ajang All England. Selamat, Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun