Ketika ada persoalan hidup, alih-alih overthinking, Pak Jono sibuk memperbaiki perabot atau barang apa saja di rumahnya. Pekerjaan kasar rupanya jadi sarana melepas stres yang efektif!
Beda sekali dengan anak-anak muda dan generasi sekarang yang lebih akrab dengan ponsel dan komputer. Sering overthinking, stres, depresi. Harus bayar psikolog atau dokter untuk sehat lagi.Â
Pedagogi EKI ala Romo Mangun
Dalam falsafah pendidikan Romo Y.B. Mangunwijaya, rohaniwan cum arsitek cum sastrawan, ada yang dinamakan nilai pedagogi EKI. Pendidikan harus menghasilkan citra insan eksploratif, kreatif, dan integral.Â
Pekerjaan tangan atau opera manualia menjadi sarana untuk menjadi manusia yang eksploratif, kreatif, dan integral.Â
Orang tua dan guru masa kini sebaiknya jangan lupa mengajari dan mendampingi anak-anak untuk mampu melakukan pekerjaan tangan yang "kotor dan kasar", selain menguasai piranti teknologi.Â
Menjadi ganjil ketika anak masa kini sangat pandai beselancar di internet dan merangkai NFT, tapi tidak bisa menulis tangan dengan rapi atau tak bisa memperbaiki hal sederhana.Â
Setahu saya, di Finlandia, anak-anak prasekolah dan SD justru lebih banyak menulis dengan tangan untuk melatih kecerdasan motorik mereka.Â
Di Indonesia, sepertinya orang tua sangat bangga ketika anak-anak pintar menggulir layar ponsel atau komputer. Sah-sah saja. Hanya saja, jangan lupakan melatih kemampuan motorik anak-anak. Alih-alih gawai elektronik, biasakan pula anak menggunakan pensil, pena, sapu, jarum jahit, alat masak, dan piranti praktis lainnya.