Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Imlek 2022, Mari Rayakan Pengaruh Tionghoa dalam Makanan, Bahasa, dan DNA Kita

1 Februari 2022   03:27 Diperbarui: 1 Februari 2022   04:04 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imlek 2022, mari rayakan pengaruh Tionghoa dalam makanan, bahasa, dan DNA kita - TribunSolo.com

Sebutan makanan dengan dialek Hokkian yang kemudian diadaptasi dalam bahasa Indonesia antara lain: kwetiau, bihun, misoa, bakmi, bakcang, lumpia, dan sampai kecap. Kecap berasal dari kata bahasa Hokkian ‘gui cap’.

Soto konon adalah hasil perpaduan kuliner China dengan kuliner bangsa-bangsa lain dan masyarakat lokal Nusantara. Denys Lombard dalam bukunya Le Carrefour Javanais mengemukakan bahwa asal usul soto adalah sup Cina, caudo (Pinyin: tshau-too; harfiahnya "babat"). Soto populer di Semarang di kalangan imigran Tionghoa pada masa kolonial VOC, sekitar abad ke-17.

Pengaruh unsur bahasa-bahasa Tionghoa dalam bahasa-bahasa Nusantara

Ada beragam dialek Tionghoa yang memengaruhi bahasa Indonesia dan aneka bahasa daerah Nusantara. Panggilan dialektal Betawi gua, misalnya, berasal dari dialek Hokkien 'goa' (aku). 

Gincu, guci, kepang, kongkalikong, kongsi, kuaci, kuah, lihai, lonceng, sampan, sate, sumpit, teh, tukang, toko, tongkang adalah sejumlah kata yang diserap dari beragam dialek Tionghoa. 

Mungkin kita ber-DNA Tionghoa

Selama ini kita dikotak-kotakkan dengan label pribumi dan non-pribumi. Padahal secara genetik, tidak ada orang pribumi yang sungguh asli Indonesia.

Hal ini antara lain disebabkan karena sejak masa prasejarah, Nusantara adalah tempat bertemunya aneka suku bangsa. 

Pada 2019 lalu, majalah Historia mempublikasikan hasil tes DNA dengan 16 responden acak orang Indonesia dalam Proyek DNA Penelusuran Leluhur Orang Indonesia Asli.

Hasilnya, tidak ada yang dinamakan manusia pribumi atau asli Indonesia. 

Deputi Fundamental Eijkman Institute Prof Dr Herawati Aru Sudoyo kala itu menyatakan, "Kalau pribumi harusnya 100 persen Indonesia. Tapi hasilnya, dari 16 responden semuanya bercampur (asal moyangnya), tidak ada yang 100 persen Indonesia. Jadi tidak ada yang bisa mengklaim pribumi asli."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun