Ada fakta menarik dalam laga perdana Timnas Indonesia melawan Timor Leste (27/1). Timnas Indonesia memang menang 4-1 tetapi Shin Tae-yong tetap hadapi dilema memilih striker andalan timnas.Â
Tidak satu pun gol Indonesia dicetak oleh para striker timnas Garuda. Dua gol bahkan adalah gol bunuh diri pemain lawan. Satu gol dari free-play dicetak gelandang Ricky Kambuaya. Satu lagi dicetak bek Pratama Arhan dari titik penalti.
Indonesia tertinggal lebih dulu akibat gol cantik Gali Freitas, striker timnas Timor Leste. Permainan penggawa Timnas Indonesia pada babak pertama jauh di bawah standar.Â
Meskipun sempat menekan tim tamu yang turun dengan sebagian pemain muda mereka, timnas Garuda gagal mencetak gol.Â
Justru Timor Leste beberapa kali membahayakan gawang Indonesia. Puncaknya adalah serangan balik cepat yang berbuah gol untuk Timor Leste pada menit ke-35.
Timnas Indonesia bahkan nyaris kebobolan dua gol seandainya tendangan penalti Timor Leste tidak bisa dihalau kiper Syahrul Fadillah.
Rapor DedikÂ
STY menurunkan Dedik sejak awal laga sebagai penyerang tunggal dalam formasi 4-2-3-1. Dedik sebenarnya bermain cukup baik selama babak pertama. Pergerakan striker ini cukup baik.Â
Dedik bahkan sempat nyaris mencetak gol ketika tendangan semi-saltonya membentur tiang gawang Timor Leste. Dia juga melewatkan peluang emas ketika sodoran Irfan Jaya tinggal menanti tap-in atau ceplosan ringan saja.Â
Rapor Hanis Saghara
Dedik Setiawan digantikan Saghara pada awal babak kedua. Pada Piala AFF lalu, Saghara bermain cukup baik. Gerakannya lumayan eksplosif.
Sayangnya, pada laga melawan Timor Leste, Hanis Saghara kurang menampilkan performa terbaiknya. Dalam beberapa kesempatan, Hanis membawa bola terlalu lama.
Shin Tae-yong bahkan tampak gusar ketika Hanis gagal mengirim umpan karena bola di kakinya direbut lawan.Â
Rapor Terens Puhiri
Terens Puhiri menggantikan Irfan Jaya pada menit ke-80. Minimnya waktu bermain membuat Terens sulit untuk dinilai secara memadai dalam rapor menurut kami.Â
Dilema STY memilih striker utama
Kurang meyakinkannya performa para striker timnas Indonesia selama ini membuat STY kesulitan memilih striker utama. Pada Piala AFF lalu, STY secara bergantian memasang Ezra Walian, Dedik, dan Hanis. Hanya Ezra yang mampu mencetak dua gol.
Untungnya ada Irfan Jaya si tajam yang mencetak tiga gol di AFF lalu. Juga para gelandang dan bek yang mampu mencetak gol.Â
Tanpa adanya striker-striker tajam, STY tampaknya akan tetap memakai skema striker tunggal. Artinya, para gelandang diharapkan mampu membobol gawang lawan.Â
Masalahnya, menghadapi lawan-lawan yang lebih tangguh, skema permainan tidak boleh terlalu mudah ditebak lawan. Skema striker tunggal harus juga sesekali diubah menjadi dwisula atau trisula.Â
Inilah yang sebenarnya perlu dilatihkan oleh STY pada para pemain kita. Mungkinkah sejumlah gelandang diplot sebagai striker (bayangan)? Irfan Jaya mungkin bisa, tetapi posturnya kurang ideal untuk bola atas sesuai skema umum permainan timnas di bawah STY.
Secara postur, STY menginginkan striker yang tinggi. Dalam situasi set piece, selama ini justru Elkan Baggot si bek jangkung yang bermain di Inggris jadi andalan STY.Â
Kelihatan sekali, tanpa Baggot, ketajaman Indonesia dalam situasi set piece berkurang. Solusinya adalah menerapkan variasi serangan set piece dengan materi pemain yang ada.
Soal ini, STY memang harus bekerja keras bersama penggawa timnas Garuda. Lemparan ke dalam Arhan memang berbuah dua gol bunuh diri pemain Timor Leste. Akan tetapi, tim-tim kuat tidak akan mudah mengobral blunder serupa.Â
Maju terus Garuda! Salam hormat untuk seluruh penggawa Garuda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H