Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengapa Indeks Status Literasi Digital Papua Barat Lebih Tinggi dari DKI Jakarta?

26 Januari 2022   05:40 Diperbarui: 26 Januari 2022   05:42 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa status literasi digital Papua Barat lebih tinggi dari DKI Jakarta? - Unsplash/Ali

Ada sebuah penelitian menarik mengenai status literasi digital Indonesia pada 2021. Penelitian yang dilakukan Kominfo itu bertujuan mengetahui gambaran umum tentang pola penggunaan teknologi dan media digital di tengah masyarakat Indonesia.

Selain itu, penelitian yang melibatkan 10.000 responden di 34 provinsi itu bertujuan memberikan pemahaman yang objektif, terukur, dan representatif terhadap kondisi literasi digital di Indonesia berdasarkan data primer. 

Yang tak kalah penting, penelitian ini hendak memahami kemampuan masyarakat untuk mengenali hoaks dan membantu perumusan strategi pengendalian hoaks.  

Status literasi digital Papua Barat di atas DKI Jakarta

Sangat menarik mengamati hasil Survei Status Literasi Digital Indonesia yang disusun berdasarkan wawancara tatap muka dengan responden dari 514 kota dan kabupaten di Indonesia. Responden berusia 13-70 tahun.

Daerah Istimewa Yogyakarta menempati peringkat teratas dengan indeks DIY 3,71. Peringkat kedua Kepulauan Riau. Ketiga, Kalimantan Timur. Keempat, Sumatera Barat. Kelima, Gorontalo. Keenam, Papua Barat. Ketujuh, Nusa Tenggara Timur. Kedelapan, Kalimantan Barat. Kesembilan, Aceh. Kesepuluh, Kalimantan Utara.

DKI Jakarta berada di posisi kedelapan belas dengan skor 3,51. Maluku Utara menjadi provinsi dengan skor literasi digital terendah 2021, yaitu 3,18. 

Indeks Literasi Digital (sebagian) - tangyar dokpri
Indeks Literasi Digital (sebagian) - tangyar dokpri

Faktor yang dinilai

Adapun faktor-faktor yang menentukan status literasi digital menurut Kominfo adalah empat pilar:

1. Digital Skill atau kecakapan digital 

Merujuk pada kemampuan individu dalam menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
2. Digital Ethics atau etika digital

Kemampuan individu dalam menyadari dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

3. Digital Safety 

Kemampuan dalam mengenali, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

4. Digital Culture 

Budaya digital adalah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Penjelasan pilar survei literasi digital 2021 - tangyar dokpri
Penjelasan pilar survei literasi digital 2021 - tangyar dokpri

Mengapa Papua Barat lebih baik dari DKI dalam survei literasi digital 2021?

Tampak bahwa survei status literasi digital tidak mengukur soal kemajuan prasarana teknologi digital di daerah yang diteliti. Terbukti, Papua Barat dan NTT berada di posisi keenam dan ketujuh. Lebih baik dari DKI Jakarta yang jelas lebih maju teknologinya.

Yang diteliti Kominfo adalah sikap dan etika pemakai teknologi digital, bukan ketersediaan teknologi digital itu sendiri. 

Hal ini berarti, semakin rendah indeks status literasi digital, semakin perlu ditingkatkan lagi kemampuan dan etika digital warga di daerah tersebut. 

Suvei tersebut tidak menyajikan data per provinsi dalam unggahan lengkapnya di sini. Jika tersedia secara rinci, tentu setiap provinsi bisa mengevaluasi apa yang perlu ditingkatkan dalam edukasi warga terkait kemampuan dan etika digital.

Tindak lanjut dari survei ini adalah perumusan kurikulum yang mampu mengedukasi kemampuan dan etika digital warga Indonesia. Artinya, setiap provinsi dan daerah sejatinya diundang untuk merumuskan juga kurikulum muatan lokal yang mengasah kemampuan dan etika digital warganya.

Dalam hal ini, daerah-daerah yang jelas-jelas warganya lebih punya akses terhadap teknologi digital namun indeks literasi digitalnya rendah perlu lebih mengedukasi warga agar menjadi insan santun ketika menggunakan teknologi.

Contoh dari Singapura

Setiap pemerintah daerah di Indonesia dan juga pemerintah pusat bisa belajar dari Singapura. Di Negeri Singa, pemerintah menerapkan Program Literasi Digital Nasional.

Berkat pendekatan "Menemukan, Berpikir, Menerapkan, dan Menciptakan", para pelajar Singapura dididik untuk menggunakan akses dunia maya untuk kebaikan dan tahu potensi risiko ketika berselancar di internet.

Sila baca ulasan lengkapnya di Inilah Tiga Cara Inspiratif Singapura Didik Warga agar Santun dan Cerdas di Era Digital.

Hasil survei literasi digital hendaknya tidak diabaikan oleh pemerintah daerah yang juga berperan mendidik warga dalam literasi digital.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun