Seperti merek sebuah permen, perasaan saya campur aduk antara senang dan sedih ketika membaca pesan dan foto kiriman Bu Hermina, pengelola Sekolah Anak Kolong Ankol) di Penjaringan, Jakarta Utara.Â
"Anak-anak sudah menerima vaksin," tulis Bu Hermina, pemerhati pendidikan anak-anak kaum marjinal yang seolah terlupakan dalam derap pembangunan metropolitan.Â
Sekolah informal swadaya keluarga almarhum Paulus Madur itu sudah melayani anak-anak kaum miskin ibu kota sejak Maret 1995.Â
Sebelum pandemi Covid-19, Hermina mengajar 120 anak. Selama pandemi ini, jumlah siswa berkurang jadi 75 anak. Usia anak yang diterima sebagai siswa mulai dari 4-8 tahun. Mereka dibekali keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
Sudah beberapa kali sekolah yang berlokasi di Jalan Kampung Baru, Kubur, RT 11 RW 16, No 24, Penjaringan, Jakarta Utara, 14440
ini terancam penggusuran.Â
Berkat kegigihan almarhum Paulus Madur, sekolah berwawasan kebangsaan dan kebhinekaan ini bisa lolos dari aneka penggusuran di masa silam.Â
Tahun ini ancaman penggusuran kembali menghantui Sekolah Anak Kolong di Penjaringan ini.Â
"Sekolah akan digusur padahal sudah mulai banyak calon siswa-siswi baru yang mendaftar," keluh Bu Hermina, putri alm. Paulus Madur melalui pesan di ponsel saya.Â
Saya mencoba mencari tahu mengapa sekolah itu hendak digusur. Kabarnya rencana penggusuran Sekolah Anak Kolong yang sudah berdiri sejak Maret 1995 ini adalah untuk pelebaran jalan pada 2024 nanti.Â