Baru-baru ini jagad media sosial, khususnya Twitter ramai membincangkan keberadaan "kertas sakti" yang ternyata jitu memprediksi juara liga 2 dan tiga tim yang promosi dari Liga 2 ke Liga 1 Indonesia.
Kebetulan saya mengamati sendiri bahwa "kertas sakti" itu sudah beredar di media sosial beberapa hari sebelum laga-laga penentuan promosi Liga 2 ke Liga 1 digelar.Â
Saya pastikan, "kertas sakti" itu dibuat bukan setelah diketahuinya hasil-hasil akhir semifinal play off promosi Liga 2 ke Liga 1 yang mempertemukan empat tim: RANS Cilegon vs PSIM dan Persis Solo vs Dewa United.
Isi prediksi "Kertas Sakti" terbukti jitu
Entah bagaimana, isi prediksi "kertas sakti" bertanggal 16 Desember itu ternyata sangat jitu.
Laga RANS Cilegon FC vs PSIM Yogyakarta telah digelar di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Senin (27/12/2021).Â
Gol-gol dari Bima Ragil (41' -pen), Alfin Tuasalamony (65'), dan Cristian Gonzales (80') membawa RANS Cilegon FC mengalahkan PSIM 3-0. RANS melaju ke final Liga 2 2021-2022 dan dipastikan promosi ke Liga 1 musim depan.
Persis Solo juga melaju ke final dan meraih satu jatah promosi setelah mengalahkan Martapura Dewa United dengan skor 2-1 pada semifinal Liga 2 2021 pada Senin (27/12/2021) malam WIB.
Di final, Persis mengalahkan RANS dengan skor 2-1 sementara di playoff untuk memperebutkan jatah tim ketiga yang promosi, Dewa United unggul 1-0 atas PSIM.
Dengan demikian, hasil Liga 2 persis seperti prediksi "kertas sakti": yang promosi ke Liga 1 adalah Persis Solo, RANS, dan Dewa United. PSIM tidak promosi ke Liga 1 tahun depan.
Apakah sebuah kebetulan atau temuan mencurigakan?
Apakah "kertas sakti" itu sebuah kebetulan belaka? Bisa jadi demikian. Ditilik dari materi pemain, boleh dibilang PSIM tidak sementereng Persis Solo dan RANS serta Dewa United.Â
Seseorang bisa saja membuat prediksi bahwa PSIM tidak akan lolos ke Liga 1 dengan pertimbangan di atas.Â
Akan tetapi, jika melihat rekor pertemuan PSIM dan Dewa United, sebenarnya PSIM terbukti bisa bersaing. PSIM bermain seri 2-2 melawan Dewa United pada 16 Desember dalam babak 8 besar Liga 2.Â
Laga penentuan promosi antara PSIM dan Dewa United pun diwarnai protes para pemain Laskar Mataram pada wasit. Sejumlah keputusan wasit dinilai merugikan PSIM.Â
Gol Dewa United berkualitas. Skor 1-0 untuk Dewa United sudah cukup untuk promosi ke Liga 1 musim depan.Â
Pelatih PSIM, Seto Nurdiantoro dengan nada ironi mengemukakan, "Saya tidak tahu pasti kenapa pemain kami mengerubungi (wasit), mungkin mau tanya baik-baik. Mau tanya makannya sukanya apa, minumnya sukanya apa, mungkin. Saya juga tidak tahu."
Bola itu bundar. Semua orang tahu. Akan tetapi, jangan lupa bahwa bola itu juga kadang atau sering berada di tangan bandar.
Bisa jadi, "kartu sakti" itu memang hanya unggahan yang serba kebetulan. Toh tidak ada skor pasti untuk laga-laga semifinal dan final yang ditulis di situ.Â
Akan tetapi, bukan berarti bahwa kemungkinan adanya pengaturan lantas bisa dianggap mustahil. Sepak bola Indonesia terbukti masih jauh dari semangat antikorupsi.
Pada November lalu, Komdis PSSI menjatuhkan sanksi kepada lima pemain Perserang Serang. Sanksi berupa larangan bermain selama dua sampai lima tahun buntut kasus pengaturan skor atau match fixing di Liga 2 2021.
Menariknya, justru manajer Perserang yang melaporkan keganjilan perilaku pemain dan pelatih Perserang sendiri. Sang manajer, Babay Karnawi  memecat lima pemain dan seorang pelatih dengan inisial PW akibat dugaan praktik rasuah sepak bola di Liga 2.
"Beberapa orang telah menghubungi sejumlah pemain Perserang untuk membuat Perserang kalah dalam pertandingan melawan RANS Cilegon FC, Persekat Tegal, dan Badak Lampung FC," kata sang manajer Perserang.Â
Najwa Shihab juga telah lama mengulik mafia bola di Indonesia. Dalam sebuah tayangan Mata Najwa pada 3 November 2021, terungkap bahwa mafia bola masih saja beraksi.Â
Lucunya, salah seorang pengurus PSSI akan menuntut Najwa atas konten jurnalistik yang sebenarnya sangat konstruktif itu. Wah, kalau begini, kapan Indonesia masuk Piala Dunia? Jangankan Piala Dunia, ingin juara lagi di Piala AFF Cup saja kita susah payah.
Kompetisi yang korup tidak akan mampu menghasilkan banyak pemain berkualitas dan berintegritas. Sesederhana itu. Mari hayati semangat antikorupsi juga dalam sepak bola nasional.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H