Timnas Indonesia mengawali perjalanan panjang dalam Piala AFF. Bergabung dengan tim-tim kuat seperti Vietnam dan Malaysia, Indonesia dipandang bukan sebagai unggulan.Â
Pada pertandingan pertama, Timnas Garuda melawan Kamboja yang tiga hari lalu sudah berlaga lawan Malaysia. Artinya, Timnas kita menang stamina dibandingkan lawannya.
Timnas langsung menggebrak di awal laga. Pada menit kelima, Indonesia sudah berhasil membobol gawang Kamboja dengan gol sundulan Irianto. Ivan Dimas mencetak gol cantik dari luar kotak penalti setelah tendangannya membentur bek lawan. Garuda menambah keunggulan dengan gol sundulan kedua Irianto. Babak pertama 3-1 untuk Garuda.
Pada babak kedua, Shin Tae-yong memasukkan bek berpengalaman Victor Igbonefo dan sayap potensial Ramai Rumakiek. Rumakiek si bintang asal Papua langsung gacor dengan mencetak gol cantik dari jarak jauh.
Sayangnya, Kamboja berhasil memperkecil kedudukan dengan gol tendangan bebas pemain nomor 7 mereka, Mony Udom. Tendangannya dibelokkan tembok pertahanan sehingga kiper kita tertipu mentah-mentah.Â
Timnas Indonesia kerasukan apa kala menang lawan Kamboja?
Menariknya lagi, beberapa pemain Timnas Indonesia yang dipanggil oleh pelatih Shin Tae-yong (STY) juga adalah pemain underdog yang tidak moncer-moncer amat di dalam liga domestik kita.
Contohnya, Kushedya Yudo dan Hanis Saghara yang kalah produktif dengan striker mapan seperti Ilija Spasojevic, pemain naturalisasi berdarah Brasil, Â yang sudah mencetak 12 gol dari 15 laga.
Justru karena underdog, timnas kita justru tampil trengginas. Para pemain kita ingin membuktikan diri bisa bersaing dengan Vietnam dan Malaysia, dua tim tangguh di grup.Â
Timnas kita juga terdorong kemenangan pesaing berat di grup B, Malaysia yang sudah mengemas enam poin hasil menang 3-1 vs Kamboja dan 4-0 lawan Laos. Jika sampai kalah atau seri dengan Kamboja, dipastikan Timnas kita berat langkahnya.Â
Saya sebut, Timnas kita kerasukan roh Garuda. Roh yang menyemangati para pemain kita untuk mempersembahkan hasil terbaik di laga perdana yang selalu tak mudah, apalagi dengan target harus menang.Â
Tiga kelemahan timnas kita
Timnas kita masih punya sejumlah kelemahan mendasar. Pertama, sering kehilang bola tanpa tekanan lawan (unforced errors).Â
Kedua, kurang tenang di depan gawang lawan.
Ezra Walian dan Irfan Jaya punya kans yang gagal dioptimalkan. Demikian pula Witan Sulaiman dan Rumakiek. Â Umpan-umpan terobosan gelandang kita juga sering tergesa-gesa sehingga tidak presisi.Â
Ketiga, panik kala bertahan dalam situasi set-piece. Di sisi pertahanan, pemain-pemain Indonesia tampak kurang terkoordinasi  ketika bertahan dalam situasi bola-bola mati atau set-piece. Terbukti, dua gol lawan dicetak dari situasi sepak pojok dan tendangan bebas, bukan dari open play.Â
Komunikasi dan pembagian tugas menjaga lawan harus lebih rapi lagi ditata STY dan pemain Timnas Indonesia.Â
Di sisi lain, performa kiper dan bek kita bisa lebih ditingkatkan. Sangat menarik bahwa STY punya opsi penjaga gawang yang berlimpah dalam sosok Nadeo Argawinata, Ernando Ari, dan M. Riyandi. Tentu saja, ada Syahrul Fadillah yang diturunkan lawan Kamboja.
Dalam laga berikutnya melawan Laos (Minggu, 12 Desember), Indonesia harus lebih garang menyerang dan ketat bertahan. Itu partai wajib menang (besar). Â Salam cinta Garuda!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI