Kedua, mengoptimalkan peran pemain tersingkir di masa Solksjaer
Donny Van de Beek, Jadon Sancho, dan Jesse Lingaard menjadi pemain tersingkir di masa Solskjaer.Â
Sancho memang lumayan banyak diturunkan, tetapi gagal menampilkan permainan terbaik. Bahkan sempat ada kabar, Sancho dipasang Solskjaer sebagai bek sayap kanan dalam latihan.Â
Tiga nama ini teramat sayang dijadikan pemain cadangan atau dimainkan di luar posisinya.Â
Ketiga, membenahi taktik bertahanÂ
MU hampir selalu kebobolan lebih dulu. Untung ada pemain-pemain gacor macam Ronaldo yang hobi cetak gol di menit-menit akhir pertandingan.Â
Ada yang salah dalam taktik Solksjaer. Dia tidak pernah punya "pasangan" bek-bek kepercayaan. Gonta-ganti terus. Mustahil membentuk kekompakan di jantung pertahanan.Â
Okelah, sebagian besar bek MU memang angin-anginan. Akan tetapi, jika tidak ada skema "kelompok A dan B" di jantung pertahanan, kacaulah jadinya. Lindelof, Maguire, Baily, Shaw, Dalot, Varane, Wan Bissaka, dkk tidak bisa dibongkar pasang terus.Â
Selain itu, MU ketika menyerang sebenarnya sering berubah dari 4-4-2 atau variasinya menjadi 3-3-4 untuk mengakomodasi banyaknya pemain bertipe serang. Cobalah saja lihat bagaimana Solskjaer sering memaksakan penambahan pemain penyerang untuk menggantikan pemain bertahan di tengah laga.
Dua sayap maju membantu penyerang utama. Shaw, Sancho, Wan Bissaka sering maju meninggalkan posisi semula. Ini menimbulkan lubang besar kala serangan berhasil dimentahkan lawan.
Ronaldo sering hanya menonton saja ketika MU kehilangan bola saat membangun serangan. Malas menerapkan pressing ketat dan mengejar bola yang lepas dari penguasaan MU.Â