Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Solskjaer Dipecat dan Tiga PR Besar Pelatih Baru MU

22 November 2021   04:32 Diperbarui: 29 November 2021   20:18 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solskjaer dipecat MU dan tiga PR pelatih baru MU -(AFP/IAN KINGTON)

Tagar Ole Out benar-benar menjadi kenyataan. Manajemen Manchester United akhirnya memecat Ole Gunnar Solskjaer dari kursi pelatih (21/11/2021).

Menyusul serangkaian hasil memalukan di Liga Inggris, Solskjaer memang layak dilengserkan. Terakhir, pada Sabtu lalu MU dipermak tim semenjana Watford dengan skor 4-1. 

Apakah pemecatan Solksjaer membuat masalah MU lantas selesai? Apa saja tiga PR besar bagi pelatih baru MU? Kemungkinan besar, MU akan ditangani pelatih sementara. Bisa jadi Michael Carrick dan Darren Fletcher yang setakat ini masih bertahan sebagai "sisa" tim pelatih zaman Solskjaer. 

Pertama, memilih kapten tim yang tepat

Banyak pengamat dan penggemar sepakbola mempertanyakan mengapa Solksjaer memilih Harry Maguire sebagai kapten. Bek timnas Inggris ini memang berbanderol mahal ketika didatangkan dari Leicester. 

Akan tetapi, kemampuan teknis dan kepemimpinan Harry Maguire sungguh belum mumpuni untuk menjadi pemimpin para penggawa MU. 

Ada sosok lain yang lebih senior di MU dan atau lebih berwibawa, umpama Bruno Fernandes dan Cristiano Ronaldo atau juga David De Gea. Bruno musim lalu bahkan menjadi motor tunggal MU sebelum kedatangan CR7. 

Maguire baru-baru ini juga dikritik karena merayakan gol ke gawang Albania secara berlebihan, dengan menutup kedua telinganya sebagai tanda membungkam kritik. 

Maguire juga sempat ditangkap di Yunani karena berkelahi dengan polisi. Kacau. 

Kedua, mengoptimalkan peran pemain tersingkir di masa Solksjaer

Donny Van de Beek, Jadon Sancho, dan Jesse Lingaard menjadi pemain tersingkir di masa Solskjaer. 

Sancho memang lumayan banyak diturunkan, tetapi gagal menampilkan permainan terbaik. Bahkan sempat ada kabar, Sancho dipasang Solskjaer sebagai bek sayap kanan dalam latihan. 

Tiga nama ini teramat sayang dijadikan pemain cadangan atau dimainkan di luar posisinya. 

Ketiga, membenahi taktik bertahan 

MU hampir selalu kebobolan lebih dulu. Untung ada pemain-pemain gacor macam Ronaldo yang hobi cetak gol di menit-menit akhir pertandingan. 

Ada yang salah dalam taktik Solksjaer. Dia tidak pernah punya "pasangan" bek-bek kepercayaan. Gonta-ganti terus. Mustahil membentuk kekompakan di jantung pertahanan. 

Okelah, sebagian besar bek MU memang angin-anginan. Akan tetapi, jika tidak ada skema "kelompok A dan B" di jantung pertahanan, kacaulah jadinya. Lindelof, Maguire, Baily, Shaw, Dalot, Varane, Wan Bissaka, dkk tidak bisa dibongkar pasang terus. 

Selain itu, MU ketika menyerang sebenarnya sering berubah dari 4-4-2 atau variasinya menjadi 3-3-4 untuk mengakomodasi banyaknya pemain bertipe serang. Cobalah saja lihat bagaimana Solskjaer sering memaksakan penambahan pemain penyerang untuk menggantikan pemain bertahan di tengah laga.

Dua sayap maju membantu penyerang utama. Shaw, Sancho, Wan Bissaka sering maju meninggalkan posisi semula. Ini menimbulkan lubang besar kala serangan berhasil dimentahkan lawan.

Ronaldo sering hanya menonton saja ketika MU kehilangan bola saat membangun serangan. Malas menerapkan pressing ketat dan mengejar bola yang lepas dari penguasaan MU. 

Pemilihan gelandang bertahan juga perlu diperbaiki. McTominay kadang main tidak cerdas dan cenderung asal gasak. Pogba yang sedang di luar performa terbaiknya seharusnya juga dididik, antara lain dengan persaingan sehat dengan pemain lain yang pantas. 

Siapa pun pelatih MU wajib menyelesaikan tiga masalah besar di atas. Jika tidak, pergantian pelatih tidak akan mengubah apa-apa. 

Tentu pemilik klub juga harus memperbaiki kebijakan transfer MU yang akhir-akhir ini tidak seimbang. Terlalu banyak beli pemain bertipe penyerang dan gagal menghadirkan beberapa pemain bertahan dan tengah yang memadai. GGMU...you will never walk alone. Lah, kok jadi semboyan Liverpool gini, ya? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun