Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Nyata Upaya dan Harapan Mendirikan Taman Baca di Pelosok Indonesia

7 September 2021   16:23 Diperbarui: 7 September 2021   16:53 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak semangat membaca-Dok Inspirasiana/Roman Rendusara (seizin pemotret)

Rekan saya membaca koleksi lemari buku publik di Bonn- dokpri Ruang Berbagi
Rekan saya membaca koleksi lemari buku publik di Bonn- dokpri Ruang Berbagi

Konsep lemari buku publik di Bonn itu sangat sederhana. Cukup menyediakan almari buku terlindung kaca. Siapa saja diizinkan meminjam dan menambah koleksi buku secara gratis. Inilah alasan mengapa warga Jerman kita kenal sebagai insan cendekiawan.

Terdorong oleh keprihatinan akan dunia literasi tanah air, saya dan sejumlah rekan budiman telah berupaya mewujudkan mimpi untuk mendirikan taman baca dan pojok baca di pelosok Indonesia. 

Kami yang tergabung dalam Inspirasiana, sebuah komunitas di Kompasiana, berupaya menghimpun dana dan mengirimkan paket buku ke Nusa Tenggara Timur. Berkat bantuan para sahabat literasi, taman baca perdana Inspirasiana tersebut berhasil kami wujudkan.

Taman Baca Inspirasiana di Ende-Dok. Roman Rendusara (seizin pemotret)
Taman Baca Inspirasiana di Ende-Dok. Roman Rendusara (seizin pemotret)

Akan tetapi, di tengah pandemi ini, gerak langkah kami dalam mendirikan taman baca di pelosok Indonesia memang terhambat kondisi. Kami tidak leluasa bergerak untuk mengumpulkan sumbangan buku dari rumah ke rumah. 

Di sisi lain, anak-anak sebagai  target taman baca di Ende juga terhalang datang ke taman baca karena pembatasan aktivitas. 

Hal serupa terjadi pada Sekolah Anak Kolong di kawasan bawah Tol Penjaringan, Jakarta Utara. Siswa-siswi sekolah swadaya masyarakat itu belajar di rumah. 

Berkat karunia Tuhan Yang Maha Esa, saya dan seorang donatur telah berbagi sejumlah buku bacaan untuk anak-anak pemulung dan kaum marjinal di Sekolah Anak Kolong (Ankol) yang dikelola Keluarga Alm. Paulus Madur itu. 

Anak-anak Sekolah Anak Kolong Penjaringan - dok. Hermina (seizin pemotret)
Anak-anak Sekolah Anak Kolong Penjaringan - dok. Hermina (seizin pemotret)

Sayang sekali, buku-buku yang sudah tersedia di satu-satunya kelas di sekolah itu belum bisa dibaca seluruh siswa Ankol karena memang belum bisa bersekolah tatap muka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun