"Aku tidak ingin kamu memaafkanku," jawab ibu kandungnya. "Aku tidak ingin kamu berbicara denganku."
Pertemuan dua puan itu begitu singkat. Sejak saat itu, Gianna tidak pernah lagi berjumpa dengan ibu kandungnya. Akan tetapi, Gianna tidak menyimpan dendam.
Teramat banyak penderitaan yang harus dialami Gianna akibat dampak upaya pengguguran janin yang ia alami sebagai korban. Gianna mungil hanya memiliki berat 0.9 kilogram ketika lahir. Gianna kecil sudah menderita Cerebral Palsy, penyakit yang menyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi badan.
Dokter mengatakan bahwa Gianna tidak akan pernah bisa mengangkat kepalanya, tidak bisa merangkak atau berjalan. Gianna punya sejuta alasan untuk tidak mengampuni ibu kandungnya.
Alih-alih mendendam, Gianna memutuskan untuk mengampuni. Ia merasa bahwa dirinya telah diampuni oleh Tuhan yang ia percayai.
“Berulang kali, saya telah memilih untuk membiarkan Tuhan menuntun saya. Tuhan berbicara kepada saya, 'Kamu harus melepaskan dendam.'" ujar Gianna Jessen.
Gianna dibawa ke panti asuhan. Ia lantas dibawa oleh seorang wanita bernama Penny, yang telah menjadi ibu bagi 56 anak asuh. Putri Penny akhirnya mengadopsinya.
Pada usia 3 tahun, Gianna bisa berjalan dengan bantuan penyangga kaki dan alat bantu jalan. Pada usia 28, tepatnya pada 30 April 2005, Gianna menyelesaikan maraton pertamanya di Boston. Ia kemudian berlari lagi di London pada bulan April.
“Bagi saya, menyelesaikan lomba lari itu sangat berarti. Saya bahkan seharusnya tidak bisa berjalan,” kata Gianna. Ia berhasil menyelesaikan lomba lari itu dalam tujuh jam 20 menit. "Semua orang sudah pulang, tapi aku tidak peduli."
Gianna telah berkeliling dunia menceritakan kisah inspiratif penyintas aborsi, dari AS. ke Irlandia ke Inggris ke Australia, dan terakhir Italia. Ia juga telah bertemu dengan mantan Presiden George W. Bush dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.
Gianna berbicara tentang pengampunan dan tentang peran Tuhan Yang Mahakuasa yang menyelamatkannya.