Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Inilah 3 Cara Mengolah Kisah Nyata Jadi Karya Tulisan Berdaya Ubah

30 Mei 2021   11:22 Diperbarui: 30 Mei 2021   11:44 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara mengolah kisah nyata jadi tulisan berdaya | Photo by Marcus Aurelius from Pexels

"Setiap orang memiliki kisah-kisah hidup unik yang menanti untuk diulik"

Pernahkah Anda ngobrol dengan seorang yang baru Anda kenal dan tiba-tiba mendengar kisah hidupnya yang mengejutkan? Kemungkinan besar pernah. 

Biasanya kita ingin juga membagikan kisah nyata itu pada banyak orang melalui tulisan. Akan tetapi, kita sering bingung. Bagaimana cara mengolah kisah nyata jadi karya tulisan berdaya ubah?

Berikut ini adalah tiga cara atau kiat yang saya sering lakukan guna mengolah kisah nyata menjadi artikel dan tulisan yang berdaya ubah.

Pertama, mengupayakan kelengkapan informasi dari narasumber

Jika beruntung, kita bisa berjumpa narasumber dalam waktu yang memadai secara intens sehingga kita mendapat informasi yang lengkap. Sayangnya, tidak selalu demikian. Kadang kita hanya kebetulan saja mendengar narasumber berbicara di tengah perjalanan bus atau kereta. 

Naluri sebagai penulis (pemula) akhirnya sedikit menuntut kita untuk berupaya lebih dalam menggali informasi lengkap mengenai kisah nyata narasumber. Jangan lupa menanyakan nomor kontak, media sosial, dan alamat narasumber untuk mendapatkan informasi lengkap darinya.

Kita juga bisa membagikan kartu nama dan nomor kontak kita pada narasumber. Ini penting untuk menjalin silaturahmi dalam rangka mengumpulkan bahan penulisan. 

Kedua, memilah bahan tulisan berdasarkan kerahasiaannya dan kerumitannya

Seringkali kisah nyata orang lain dan juga diri kita memuat hal-hal privasi yang patut dirahasiakan. Tidak pantas kita umbar semua dalam tulisan kita. Kita bisa mendapat masalah jika nekat.

Acapkali kisah nyata seseorang sangat rumit. Misalnya hubungan percintaan yang putus-nyambung atau kisah pertobatan yang panjang sekali. Tidak mungkin semua kita tuliskan.

Karena itu, kita perlu memilah mana bahan tulisan yang aman dan tidak terlalu rumit untuk dituangkan dalam karya tulis kita. Identitas narasumber perlu juga kita jaga kerahasiaannya bila kisahnya sensitif. 

Nah, saya biasa mengolah kisah yang terlalu sensitif dengan membuat artikel semifiktif dan atau karya fiksi. Apa itu artikel semifiktif? Artinya artikel semacam feature yang diolah sedemikian rupa sehingga pesan kisah nyata tetap tersampaikan tanpa merugikan narasumber.

Subjek atau tokoh utama bisa kita ganti dengan diri kita atau pribadi (fiktif) lain. Bisa juga kita mencampur dua kisah nyata atau lebih menjadi satu kisah feature atau karya fiksi (cerpen, novel, puisi, dst.)

Apakah hal ini tidak berarti penulis sedang berbohong? Hmm...menurut saya sih tidak, tetapi dengan syarat bahwa tujuan mulia tulisan itu lebih besar bobotnya dari "rekayasa" yang penulis buat dalam tulisan semifiktif itu. 

Justru seringkali cara ini adalah satu-satunya cara untuk menyampaikan kisah nyata istimewa yang sangat bermanfaat bagi pembaca, tanpa merugikan narasumber. 

Karya fiksi menjadi wahana paling lentur dan aman dalam menuangkan kisah-kisah nyata apa pun. Bahkan skandal, tragedi, dan kisah kejahatan pun bisa disajikan dengan ciamik dalam rupa karya fiksi.

Ketiga, memosisikan diri sebagai narasumber dan pembaca sekaligus

Penulis berperan sebagai penghubung antara narasumber kisah nyata dan para pembaca. Narasumber perlu kita mintai izin sebelum menuliskan kisahnya. Tentu jika upaya menghubungi narasumber sudah mentok, barulah kita menyerah. 

Ketika menulis, bayangkan diri kita sebagai narasumber. Akankah dia bahagia dengan cara kita menulis kisahnya? Apakah dia akan sakit hati?

Pada saat yang sama, kita perlu menempatkan diri kita sebagai pembaca. Apa hikmah yang bisa pembaca petik dari kisah ini? Apakah pembaca bisa menebak sosok narasumber secara persis jika membaca tulisan kita? Hal ini perlu kita waspadai ketika menulis kisah sensitif seseorang. 

Beberapa contoh

Dalam menulis feature kehidupan, saya kerap meramu unsur-unsur dan mengolah rasa agar artikel terasa lebih hidup. Detail-detail kadang saya tambahkan atau kurangi sendiri tanpa mengurangi pesan utama tulisan. 

Saya pikir, saya bukan satu-satunya orang yang menerapkan gaya ini. Banyak jurnalis dan penulis pun diam-diam menggunakan metode semacam ini. 

Berikut ini beberapa contoh feature kehidupan berdasarkan kisah nyata: Suatu Pagi di Rumah Istri Napi dan Pengalaman Memandikan Jenazah Pasien AIDS. 

Pula contoh karya fiksi berdasarkan kisah-kisah nyata: Mawar untuk Elena dan Annisa dan Bayang-Bayang Ibu Teresa serta Bisakah Tasbihmu dan Rosarioku Bersatu?

Selamat menulis kisah nyata jadi tulisan fiksi dan nonfiksi berdaya ubah. Salam edukasi dan literasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun