Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melajang Itu Pilihan Hidup yang Juga Membahagiakan: Kisah Nyata dan Riset Berbicara

25 Mei 2021   08:34 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:48 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup tidak menikah atau melajang menurut sejumlah riset

Bella DePaulo Ph.D. menulis, dalam beberapa penelitian, orang lajang seumur hidup cenderung lebih sehat daripada orang lain (yang menikah). Penelitian tersebut mencakup riset terhadap lebih dari 11.000 orang Kanada; risiko kanker lebih dari 33.000 orang Italia; dan riset di Amerika Serikat tentang kesehatan dan kesejahteraan.

Ilmuwan sosial banyak mempelajari pernikahan dan orang yang menikah. Orang lajang seumur hidup kebanyakan diabaikan, kecuali sebagai kelompok pembanding dalam studi pernikahan. Inilah bias riset ilmiah terhadap kaum yang tidak menikah atau kaum lajang.

Sementara itu, ada pula riset yang menunjukkan bahwa rasa bahagia orang-orang yang menikah juga mengalami penurunan. Riset Malgorzata Mikucka dari Universitas Mannheim menunjukkan bahwa rasa bahagia atas pernikahan mengalami penurunan menurut responden pria dari 87 negara selama kurun waktu 29 tahun.

Wasana kata

Pernikahan dan hidup melajang kiranya adalah dua pilihan hidup yang secara netral setara. Kita mengalami dan mengamati sendiri, bahwa tidak ada jaminan seseorang pasti bahagia ketika ia menikah atau sebaliknya, ketika melajang. 

Banyak pula orang yang telah menikah kemudian memutuskan untuk tidak menikah lagi ketika suami atau istrinya meninggal dunia. Ada pula yang akhirnya bercerai dan atau berpisah dengan pasangannya. 

Sebaliknya, ada pula orang yang sempat hidup melajang (dengan alasan keagamaan maupun bukan), kemudian berubah pikiran dan akhirnya menikah. 

Kebahagiaan seseorang dipengaruhi oleh aneka faktor dari dalam maupun luar dirinya. Kiranya setiap orang perlu kita bantu (bukan kita paksa) untuk memilih suatu pilihan hidup yang nyatanya (akan) ia jalani dengan segala konsekuensinya. 

Apa yang menurut kita membahagiakan bisa jadi suatu penderitaan bagi orang yang menjalaninya. 

Sebagai penutup, saya berharap agar para pembaca menemukan pilihan hidup yang terbaik dalam konteks hidup Anda sekalian. Jika ingin menikah, semoga Anda dipertemukan oleh Tuhan YME dengan belahan jiwa Anda yang kini entah sedang terselip di mana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun