Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melajang Itu Pilihan Hidup yang Juga Membahagiakan: Kisah Nyata dan Riset Berbicara

25 Mei 2021   08:34 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:48 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu menjumpai aneka insan dengan pilihan hidup masing-masing. Pilihan itu kiranya telah diambil berdasarkan suara hati. Banyak hal dipertimbangkan: ajaran agama, situasi keluarga, ekonomi, dan kesehatan. 

Umumya, seorang dewasa akan mencari pasangan hidup guna membangun keluarga bahagia. Meneruskan keturunan. Dalam konteks ajaran agama dan tradisi budaya tertentu, menikah bahkan dipandang sebagai bagian dari ibadah dan norma sosial.

Akan tetapi, nyatanya melajang adalah juga pilihan hidup yang membahagiakan menurut pandangan kelompok dan insan tertentu. 

Jika kita kurang membuka wawasan, mungkin saja kita lantas menilai satu-satunya pilihan hidup untuk semua manusia adalah dengan menikah. Nyatanya, di dunia ini ada banyak tradisi agama dan budaya yang tidak selalu memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. 

Hidup melajang sebagai pilihan hidup 

Sejatinya pandangan mengenai hidup melajang sebagai pilihan hidup sudah ada sejak lama dalam aneka budaya dan peradaban. Tidak selalu terkait dengan agama dan kepercayaan. 

Filsuf Stoic Epictetus (55 - sekitar 135 M), misalnya, berpendapat bahwa filsuf yang ideal tidak menikah karena tugasnya akan lebih baik dijalani tanpa harus sibuk mengurusi keluarga.

Selibat atau hidup tidak menikah juga merupakan praktik penting dalam Jainisme di India. Semua biksu Jain bersumpah untuk menghindari hubungan seksual. Kaum awam didorong untuk tidak lagi melakukan hubungan seksual setelah kelahiran seorang putra.

Agama Buddha dimulai sebagai tatanan selibat di India yang didedikasikan untuk pencapaian pencerahan melalui pengendalian nafsu. 

Saat Buddhisme menjadi agama yang dikenal di penjuru dunia, variasi muncul. Di Asia Tenggara, kebanyakan pria muda Buddhis hanya menghabiskan satu tahun hidup melajang. Di Tibet, biksu Tantra menikah.

Dalam agama Katolik, misalnya, menikah adalah suatu hal yang dianggap sangat luhur. Akan tetapi, hidup melajang untuk melayani Tuhan secara penuh (selibat) seperti  yang dijalani oleh para biarawan, biarawati, dan pastor Katolik (ritus Barat) juga dipandang sebagai pilihan hidup yang mulia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun