Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Drama 8 Gol MU-Roma, Sophia Latjuba, dan Peluang All English Final UCL dan EL

30 April 2021   05:28 Diperbarui: 30 April 2021   08:08 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah mengulang dirinya sendiri

Sepertinya ini yang terjadi dalam laga Manchester United-AS Roma dalam gelaran semifinal Europa League 2021. Tampil di kandang sendiri, MU tampil perkasa dengan melumat tamu asal ibu kota Italia.

Skor 6-2 seakan mengulang drama 8 gol kala MU melibas Roma 7-1 di Old Trafford pada 10 April 2006. Waktu itu MU yang diperkuat oleh Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney memang tak bisa ditandingi Roma. 

Drama 8 gol MU-Roma ini ternyata membuka peluang All English Final di Champions League dan Europa League musim ini. Hmm...lalu apa hubungannya dengan Sophia Latjuba?

Kali ini MU kembali kambuh pada kebiasaan lamanya musim ini. Pada babak pertama, MU tampil sangat payah. Unggul 1-0 melalui gol ciamik Bruno Fernandes pada menit ke-9, MU kebobolan dua gol buruk.

Pogba tak beruntung kala mencoba menyapu serangan Roma. Lengannya menyentuh bola di kotak penalti sendiri. Lorenzo Pellegrini sukses menaklukkan De Gea: 1-1.

Jebakan offside yang gagal dimanfaatkan para pemain Serigala Roma. Edin Dzeko mencetak gol kedua Roma pada menit ke-34. Skor 1-2 untuk tim tamu pada paruh pertama pertandingan.

MU ngamuk

Lagi-lagi MU mengamuk di babak kedua. Ini kebiasaan baik MU musim ini. Biasanya memang begitu kelakuan si Setan Merah yang sering mengawali laga dengan payah.

Kerja sama apik para pemain MU berbuah manis pada menit ke-48 melalui sepakan cantik Edison Cavani. Si penyerang gaek kembali mencatatkan nama di papan skor pada menit ke-64. Skor berbalik 3-2 untuk MU.

Cavani dengan gembira memamerkan gaya pemanah kala merayakan gol-golnya ke gawang lawan. Ia menjawab keraguan sejumlah orang akan kebugarannya di usia yang tak lagi muda untuk pesepakbola level Eropa.

Pada menit ke-71, sepakan penalti Bruno Fernandes meluncur mulus bak kulit Sophia Latjuba di usianya yang 50 tahun itu. Omong-omong tentang Sophia Latjuba, beberapa waktu lalu ia bikin insecure banyak puan karena penampilannya yang (makin) menawan.

Artis peran Sophia Latjuba saat wawancara di Kantor Redaksi Kompas.com, Jakarta, Selasa (27/3/2018). Ia tengah mempromosikan film terbaru yang dibintanginya berjudul Danur 2 : Maddah.(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)
Artis peran Sophia Latjuba saat wawancara di Kantor Redaksi Kompas.com, Jakarta, Selasa (27/3/2018). Ia tengah mempromosikan film terbaru yang dibintanginya berjudul Danur 2 : Maddah.(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)
Ups, kembali ke laptop. Kita kembali ke Bruno saja ya. Musim ini si sobat timnas Cristiano Ronaldo di Portugal ini baru sekali gagal penalti. 

Dari 22 kali menyepak bola dari titik 12 pas, Bruno hanya sekali gagal kala melawan Newcastle. Dia memang punya kecerdikan melesakkan bola dengan mulus dari titik penalti. 

Sengsara Roma dan kiper penggantinya berlanjut. Tanpa ampun MU menambah dua gol. Pada menit ke-75, Pogba menebus kesalahannya dengan mencetak gol sundulan dari umpan Bruno.

Umpan membelah samudera Cavani tiba di kaki kijang Mason Greenwood. Setelah mengontrol bola dengan sempurna. Si Kaki Hijau ini menembakkan roket ke gawang Mirante. Skor 6-2. 

Di Old Trafford, Roma kembali jadi biskuit. 

Maaf, bukan mengejek. Memang nyatanya Roma main lembek. Roma sepertinya lupa, MU spesialis ngamuk di babak kedua. Dengan keunggulan empat gol, MU sangat diuntungkan dalam leg kedua nanti. 

Hanya keajaiban dan kesalahan fatal MU saja yang bisa membuat prediksi ciamik Mbah Mijon ini meleset. Catat!

Peluang All English Final di  UCL dan EL tahun 2021 ini

Kemenangan MU atas Roma memang tak ditiru saudara seliganya, Arsenal. Bertandang ke kandang Villareal, si Meriam London takluk 2-1. Akan tetapi, kekalahan Arsenal bukan hasil buruk.

Dengan satu gol tandang, Arsenal cukup diuntungkan kala menjamu Villareal sepekan lagi di kandang sendiri. Cukup menang 1-0, Arsenal lolos ke final Europa League (vs MU dong...hehehe).

Sementara itu, di ajang Champions League Eropa, dua klub Inggris juga baru saja mencetak hasil positif. Manchester City sukses menang 1-2 di kandang PSG.

Chelsea berhasil menahan seri Real Madrid 1-1 di Santiago Bernabeu. Chelsea tinggal menahan seri 0-0 di kandang sendiri untuk lolos ke final UCL 2021. 

Pada 2019, empat klub asal Inggris masuk final kompetisi utama Eropa. Arsenal dan Chelsea bertarung pada final Europa League 2019. Skor akhir 4-1 untuk Chelsea. Pada final Liga Champions 2019, Liverpool unggul 2-0 melawan Tottenham Hotspurs.

Sebelumnya, hanya ada dua pertandingan final sesama tim Inggris. Tottenham mengalahkan Wolves di Piala UEFA 1971-72 dan Manchester United mengalahkan Chelsea di Liga Champions 2007-08.

Tentu saja, peluang final UCL dan EL sesama tim Inggris masih perlu kita lihat dalam laga-laga leg kedua nanti. Akan tetapi, setidaknya hal ini membuktikan bahwa Liga Inggris kembali menunjukkan kualitasnya di Eropa.

Tahun-tahun sebelumnya, kompetisi Eropa dikuasai tim-tim asal Spanyol. Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid dan Sevilla mendominasi UCL dan EL.

Tak heran, klub-klub Inggris memiliki nilai komersial yang besar. Enam klub Inggris bahkan sempat bergabung dengan European Super League. Setelah dikritik habis-habisan oleh pemerintah dan pendukung, enam klub Inggris keluar dari bahtera ESL.

Mereka adalah the traditional big six atau tim enam besar Inggris: Manchester United, Manchester City, Liverpool, Tottenham Hotspurs, Chelsea, dan Arsenal.

Baca: Tiga Kontroversi European Super League

Saat ini, tinggal Barcelona, Atletico Madrid, Real Madrid (Spanyol), Juventus, AC Milan, dan Inter Milan (Italia) saja yang masih dalam perahu ESL yang tak jelas mau ke mana.

Hmm...seandainya tim-tim Inggris betul ikut Liga Super Eropa dan meninggalkan Champions League dan European League, apa jadinya final di Benua Biru? Mungkin saja, dalam final UCL dan EL  tim-tim semenjana akan meraja. 

Ah, tak usah berpikir kejauhan. Satu kaki MU mungkin sudah di final Europa League. Akan tetapi, jalan masih panjang. Serigala Roma bisa saja ngamuk dan membuat keajaiban. 

Never say never! Jangan menyerah sebelum benar-benar kalah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun