Romo Mangun tak ambil pusing dengan nilai ijazah dan nilai ujian akhir nasional para siswa-siswi sekolah eksperimentalnya. Yang paling pokok adalah mengembangkan kemampuan siswa-siswi dalam aneka aspek kecerdasan: sosial, psikomotorik, intelektual, dan spiritual.
Swakritik untuk pendidikan kita
Tak perlu jauh-jauh belajar dari Finlandia untuk menemukan solusi pendidikan yang mencerdaskan bangsa. Para tokoh pendidikan nasional, misalnya Ki Hadjar Dewantara dengan konsep among dan Romo Mangun denan konsep pendidikan memerdekakan sudah menawarkan konsep pendidikan yang unggul.
Sangat ganjil bahwa para penentu kebijakan pendidikan kita selama ini melupakan keluhuran pendidikan menurut para tokoh pendidik bangsa. Lebih ganjil lagi kala oknum guru dan (maha)siswa lupa, pintar itu bukan soal nilai akademik saja.
Terampil bergaul, santun berbahasa, piawai bermusik dan menari, mampu menganggit karya tulis asli, dan bersikap toleran adalah juga kriteria kepintaran.Â
Tak heran, jajak pendapat Microsoft beberapa waktu lalu menempatkan warganet Indonesia dalam posisi terburuk kesantunan digital di Asia Pasifik. Mungkin inilah buah pendidikan yang mendewakan kepintaran intelektual semata.Â
Di suargaloka, mungkin Ki Hadjar dan Romo Mangun sedang mengelus dada. Semoga kita yang masih hidup bisa segera memperbaiki diri. Belum terlambat. Masih banyak guru dan (maha)siswa berbudi di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H