Kesesatan paradigma pendidikan berfokus pada nilai akademik
Sejatinya gejala oknum guru membocorkan nilai dan mengatrol nilai adalah bagian dari kesesatan pendidikan yang berfokus pada nilai akademik saja. Harus kita akui, meskipun pemerintah terus mencoba mengupayakan perubahan paradigma, masih saja banyak oknum pendidik dan siswa yang gagal paham.
Sekolah dipahami secara sempit sebagai tempat transfer ilmu, bukan tempat siswa dibimbing memahami dan berkreasi. Kesuksesan siswa-siswi diukur dengan nilai ijazah. Kebanggaan sekolah dinilai dari rata-rata nilai siswa. Sungguh sesat.Â
Konsep pendidikan Y.B. Mangunwijaya solusinya?
Apa solusi untuk sistem pendidikan yang melulu berfokus pada nilai akademik? Y.B. Mangunwijaya atau Romo Mangun (1929-1999) punya solusinya: konsep belajar yang memerdekakan manusia.Â
Tujuan pendidikan menurut arsitek dan budayawan ini adalah mengembangkan seluruh kemampuan peserta didik untuk bereksplorasi, berkreativitas, dan menjadi insan integral.Â
Romo Mangun semasa hidupnya merasa tidak puas dengan paradigma pendidikan ala Orde Baru yang menekankan aspek akademik dan dibalut mentalitas Asal Bapak Senang.Â
Romo Mangun akhirnya merintis Sekolah Dasar Eksperimental Kanisius Mangunan yang memakai hanya 30% kurikulum pemerintah. Sebanyak 70% sisanya adalah kurikulum kreasi Y.B. Mangunwijaya yang disebut Dinamika Edukasi Dasar.Â
Romo Mangun ingin agar anak-anak Indonesia lebih banyak berkreasi dan mengeksplorasi diri dan lingkungan. Belajar biologi berarti melihat langsung ke sawah. Mengamati, mencatat, menyimpulkan. Bukan menghafal.
Menurut Mangunwijaya, belajar seharusnya memerdekakan, bukan membelenggu siswa (dan guru) dengan target akademik belaka.