Letusan Merapi memang di satu sisi sangat membahayakan, namun di sisi lain juga membawa manfaat berupa kesuburan tanah dan bahan bangunan. Tanpa letusan Merapi, Jogja dan kawasan seputar Merapi tidak akan subur dan maju seperti sekarang ini.Â
Bahkan sejak beberapa tahun terakhir ada wisata letusan Merapi atau Lava Tour serta agroturisme dengan memanfaatkan pesona Merapi.
Saya mendengar kesaksian warga lereng Merapi saat saya bertugas membantu sebuah gereja di kawasan tersebut beberapa tahun silam. "Saya mendengar suara gamelan ditabuh sebelum Eyang Merapi meletus," kata seorang warga pada saya.
Saya awalnya juga ragu-ragu. Akan tetapi, beberapa warga lain juga mengatakan hal serupa. Mereka adalah warga desa bersahaja yang tulus hati. Jelas bukan tipe pembohong.
Bagi orang asli Jogja, lebih-lebih warga sekitar lereng Merapi, letusan Merapi adalah "resepsi" para roh penunggu Merapi. Seringkali terdengar suara musik gamelan sebagai pertanda Merapi akan atau sedang meletus.Â
3. Batu besar yang sulit dipindah sebagai batu yang "ada penunggunya"
Setelah erupsi Merapi, sungai-sungai yang berhulu di gunung itu lazimnya dipenuhi batu dan pasir. Nah, di beberapa lokasi, ada juga batu-batu besar dari hasil letusan Merapi yang sulit dipindah manusia dengan alat canggih sekalipun.
Salah satu contoh batu besar itu adalah batu di Desa Bronggang yang selalu gagal dipindahkan, bahkan oleh alat berat BNPB. Sesepuh atau tokoh desa setempat mengatakan, batu itu sudah nyaman berada di situ sehingga "menolak" untuk dipindahkan. Warga mengatakan, batu itu ada penunggunya.Â
Telaah antropologis