Tak terasa, mobil kodok itu tiba di depan Pasar Kranggan. "Sebentar, Mbok. Saya turun dulu. Saya bantu turunkan dagangan Simbok," kata sang sopir misterius.
Perlahan sang sopir budiman menurukan barang jualan Mbok Painah.
"Ini sedikit ongkos, mohon diterima ya Pak," pinta Mbok Painah.
"Lho, saya bukan sopir angkutan desa, Mbok. Tidak usah dibayar. Uang itu untuk jajan anak saja," ujar sang sopir sambil tersenyum tulus.Â
"Matur nuwun sanget, Pak. Mudah-mudahan Bapak lancar rezeki dan keluarga selalu dalam lindungan Yang Kuasa," tutur Mbok Painah.
"Sami-sami, Mbok. Nanti kalau ada waktu majikan saya akan datang ke rumah Simbok. Tunggu saja, ya," kata sang sopir.
Sang sopir pun pamit. Ia kembali memacu mobil kodoknya menyusuri jalanan kota Jogja berhati nyaman.
**
"Painah, apa kamu sudah gila?" seru Mbok Darmi, teman sesama pedagang di Kranggan.
"Lho ada apa to? Kok pagi-pagi kamu sudah ngomyang tak karuan begitu?" tanya Mbok Painah.
"Kamu tidak kenal sopir mobil kodok tadi?"