Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Algoritma Medsos Menjebak Kita dalam Echo Chamber yang Berbahaya

22 Maret 2021   11:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   23:34 2511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sendiri mengalami, laporan-laporan saya ke sebuah media sosial mengenai konten negatif ditanggapi sangat lamban. Apalagi di tengah pandemi ini, saat pegawai kurasi konten medsos juga terpaksa bekerja dari rumah.

Kiat mewaspadai echo chamber

Sejatinya echo chamber tak melulu soal media sosial. Echo chamber juga bisa terjadi di dunia nyata, saat kita cenderung merasa nyaman dan bergaul hanya dengan lingkaran orang-orang yang sepemikiran dan satu identitas dengan kita.

Inilah aneka kiat mewaspadai echo chamber:

1. Memperluas pertemanan dengan beragam orang yang tidak selalu satu gagasan dan identitas primordial (SARA)
Jangan hanya berkawan dengan orang yang seagama, sealiran penafsiran, sesuku, sepemikiran, satu profesi, sekelompok hobi, satu apa saja dengan Anda. 

Kita beruntung hidup di Indonesia, negara bhineka ini. Manfaatkanlah keuntungan ini untuk memperluas pertemanan dengan beragam insan dan kelompok.

2. Mengakses beragam media, bukan hanya media-media yang mendukung gagasan kita saja
Di negara mana pun, juga di Indonesia, media tidaklah selalu netral. Di balik media, ada pemilik media yang mendikte berita-berita yang boleh ditulis. 

Jika Anda pendukung pemerintah atau kelompok sosial tertentu, jangan cuma membaca media pro pemerintah atau pro kelompok tertentu itu. Baca juga "media oposisi" untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai opini tandingan. 

Inilah prinsip "covering both sides" atau merangkum pendapat dua pihak agar kita memiliki pandangan seimbang sebelum memutuskan atau menilai. 

(Media) pemerintah tidak selalu benar. (Media) oposisi pun tidak selalu buruk. Kita sebagai pembaca berita perlu memahami kedua argumentasi, baik dari pemerintah maupun oposisi. 

3. Kritis terhadap sajian medsos dan algoritma media sosial
Di media sosial, sejatinya ada opsi juga untuk "melihat konten jenis ini lebih jarang" (see less often). Hanya saja, kita sering menerima begitu saja konten yang disajika oleh algoritma media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun