Sayangnya, algoritma juga akan menawarkan semakin banyak konten serupa pada saya.Â
Studi oleh Ines von Behr (2013) menemukan lima bahaya internet dalam kaitan dengan radikalisasi:
Pertama, internet menciptakan lebih banyak peluang untuk menjadi radikal.Â
Kedua, internet bertindak sebagai echo chamber atau ruang gema, yaitu tempat di mana individu menemukan ide-ide mereka didukung dan digaungkan oleh individu lain yang berpikiran sama.Â
Ketiga, internet mempercepat proses radikalisasi.Â
Keempat, internet memungkinkan terjadinya radikalisasi tanpa kontak fisik dengan teroris yang berpikiran sama.Â
Kelima, internet meningkatkan peluang swaradikalisasi (self radicalization).
Bayangkan diri Anda bergaul virtual dengan orang-orang yang tiap saat mengagungkan jalan kekerasan untuk meraih tujuan yang seolah "kehendak ilahi". Algoritma media sosial menggiring Anda untuk menemukan akun-akun dan konten yang bertema kekerasan atas nama agama.Â
Tentu menjadi sulit untuk keluar dari echo chamber itu, kecuali ada intervensi dari pihak luar atau kehendak diri yang luar biasa untuk lepas darinya.
Hal ini diperparah dengan lambannya media sosial dan aparat keamanan siber untuk menangani konten-konten berbahaya.Â