Film apa yang akan tayang pada awal tahun 2021 ini? Jika yang ingin Anda cari adalah film Indonesia yang penuh makna, "Sang Manyar: Nyanyian Pinggir Kali" adalah jawabannya.
Generasi Z mungkin belum pernah membaca novel "Burung-Burung Manyar". Maklum. Novel anggitan Yusuf Bilyarta Mangunwijaya itu memang terbit tahun 1981. Dari novel ini, Romo Mangun dijuluki si Burung Manyar.
Mungkin kala membaca nama Yusuf Bilyarta Mangunwijaya pun, banyak generasi muda mengernyitkan dahi. Siapa dia? Nah, justru dengan menonton film dokudrama "Sang Manyar: Nyanyian Pinggir Kali" ini, rasa penasaran akan mendapatkan obatnya.
Pertama, ini film pertama tentang Romo Mangun
YB Mangunwijaya atau Romo Mangun adalah sosok yang sangat inspiratif. Kisah hidup beliau penuh liku. Ia lahir di Kota Palagan Ambarawa pada 6 Mei 1929. Beliau wafat di Jakarta, 10 Februari 1999 pada umur 69 tahun.
Semasa hidupnya, Romo Mangun pernah menjadi tentara pelajar yang ikut berjuang mengusir penjajah. Pada usia 16 tahun, ia sudah merelakan diri jadi serdadu muda pejuang kemerdekaan. Tangsi pertamanya adalah Benteng Vredeburg di Yogyakarta.Â
Mangun lantas memutuskan untuk menjadi calon pastor Katolik. Ia merasa telah banyak dibantu orang kecil semasa perang. Ia ingin membalas budi rakyat kecil dengan menjadi pelayan sesama manusia.Â
Mangunwijaya ternyata juga memiliki bakat sastra istimewa. Ia menulis adikarya yang tak lekang oleh zaman. Sebut saja novel "Burung-Burung Manyar" (1981), "Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa" (1983), "Durga Umayi" (1985), "Burung-Burung Rantau" (1992), dan buku pamungkas "Impian dari Yogyakarta" (posthumous, 2003).
Namun, Romo Mangun bukan sekadar sastrawan. Ia adalah pastor, arsitek, tokoh pendidikan, sekaligus pejuang kemanusiaan.Â
Di masa Orde Baru nan represif, Romo Mangun tampil sebagai tokoh yang berani menyuarakan suara rakyat tertindas. Bisa dibayangkan, besarnya risiko perjuangan Romo Mangun kala membela korban pembangunan Waduk Kedungombo dan penataan Kali Code kala itu.
Mengapa ada subjudul "Nyanyian Pinggir Kali"? Ini karena Romo Mangun menjadi arsitek yang sukses menata perkampungan kumuh di pinggir Kali Code Yogyakarta dengan pendekatan humanis-ramah lingkungan.Â
Berkat karya arsitekturnya bagi orang miskin ini, Romo Mangun mendapat penghargaan The Aga Khan Award (1992) dan  The Ruth and Ralph Erskine Fellowship (1995).
Kisah hidup Romo Mangun akan dapat kita simak dengan menonton "Sang Manyar", film biopik pertama tentang pejuang kemanusiaan ini.
Kedua, ini film tokoh nasional kontemporer yang langka
Sangat jarang ada film sejarah tokoh nasional yang kurang lebih kontemporer atau sezaman dengan pemirsanya. Romo Mangun wafat Februari 1999 atau sekitar 2o tahun lalu. Belum lama untuk ukuran tokoh yang lantas dibuat film tentangnya.
Kiranya film ini akan juga menampilkan sosok Romo Mangun sebagai pemerhati pendidikan kaum sederhana. Beliau adalah pencetus Dinamika Edukasi Dasar yang mengajak siswa menjadi subjek dalam pendidikan.Â
Sekolah yang beliau dirikan masih menyintas zaman: Sekolah Mangunan di Yogyakarta. Di sekolah Mangunan ini, siswa diajak rajin bertanya dan tekun meneliti. Inilah impian Romo Mangun, alumnus Teknik Arsitektur, ITB, Bandung (1959) dan Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman (1960-1966).
Ketiga, ini film untuk semua kalangan dan gratis!
Tokoh utamanya memang seorang pastor, tetapi "Sang Manyar" ini adalah film untuk semua kalangan. Sudah begitu, gratis pula! Iya, cukup bermodal internet, kita akan bisa menyaksikan film menarik ini.
Menurut rencana, film Sang Manyar ini akan ditayangkan di YouTube. Sponsornya adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi, film pejuang rakyat ini dibiayai dari pajak rakyat. Rugi kan jika tidak menikmati film ini?Â
Ingin lihat trailernya? Ini dia.Â
Konon kabarnya, film arahan sutradara Sergius Sutanto ini akan tayang awal tahun ini pada bulan Januari. Sergius adalah juga penulis buku novel biografi 'Mangun' (2016) yang diterbitkan Gramedia. Film ini adalah adaptasi dari novel tersebut.Â
Menonton klip musiknya saja sudah bikin terharu, apalagi menonton film utuhnya. Wah, ngga sabar lagi menanti "Sang Manyar: Nyanyian dari Pinggir Kali"!Â
Para pendidik, orang tua, pelajar, mahasiswa, penulis, tentara, arsitek, orang biasa, dan siapa saja perlu nonton film yang satu ini. Yang sedang sekolah di Jogja atau punya kenangan tentang (mantan di) Jogja pun wajib menyaksikannya. Ups...
Tenang saja, kalau sudah tayang, saya berusaha memberikan informasi terbaru melalui Kompasiana.Â
Salam edukasi. Salam persaudaraan. Salam sesama wong cilik.
NB: Artikel ini tidak disponsori pihak mana pun. Pemuatan ulang hanya untuk fair use edukasi nonkomersial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H