Pertandingan Burnley melawan Manchester United penuh drama. Tuan rumah bermain disiplin sehingga menyulitkan pasukan Manchester merah. Pada babak pertama, taktik Burnley yang dilatih delapan tahun oleh pelatih yang sama, Sean Dyche, berhasil.
MU bahkan harus bertahan mati-matian. Detik ke 40, striker Burnley sudah mencoba tendangan spekulasi yang mengancam gawang De Gea.Â
Beberapa kali Burnley memaksa pemain United melakukan pelanggaran yang membuahkan tendangan bebas. Sayangnya Burnley gagal menciptakan peluang yang berarti.
Ada kejadian menarik pada menit ke-27. Pemain belakang United, Luke Shaw terlibat duel perebutan bola dengan pemain Burnley. Sebenarnya Luke lebih dulu menyentuh bola, namun wasit Kevin Friend menilai apa yang Luke lakukan adalah pelanggaran.
Pada kelanjutan adegan itu, pemain depan United asal Uruguay, Cavani sudah siap menembak bola tetapi dilanggar pemain Burnley. Seandainya Luke Shaw tidak dianggap melanggar, pemain Burnley yang kena kartu kuning karena melanggar Cavani.
Keputusan ini membuat pemain United galau. Konsentrasi bermain para penggawa The Red Devils kacau. Dari tepi lapangan, Ole Gunnar Solksjaer si manajer memberi instruksi: "Hey, bro...mainkan bola, jangan main emosi!" Kurang lebih begitu.
Ketenangan MU
MU punya rekor menarik. Ketika bertandang ke kandang lawan musim ini, MU bermain ganas. Sejak awal babak kedua, MU mulai merapikan permainan mereka.
Instruksi Ole diterjemahkan dengan baik. Umpan-umpan pendek lebih terukur diperagakan pemain United yang tahu bahwa kemenangan akan melambungkan mereka ke peringkat pertama Liga Inggris.
Praktis sepanjang babak kedua, MU mengurung Burnley. Puncaknya pada menit ke-71, Rashford melambungkan bola ke Pogba. Si pemain asal Prancis ini melesakkan bola ke gawang Nick Pope yang tampil gemilang.
Pogba sangat beruntung. Tendangannya mengenai tubuh pemain Burnley sehingga sedikit berubah arah. Bola masuk melalui sela kaki kiper Burnley. Gol untuk United.
Pogba bawa MU ke puncak Liga Inggris
Meski Burnley mencoba melakukan aneka upaya, tak satu pun gol balasan tercipta. Para pemain MU kompak membuat benteng kokoh hingga wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir.
Kamera menyorot kaki Pogba. Ternyata Pogba berdarah, namun tidak menyerah. Dia tetap memaksakan diri bermain sampai menit terakhir. Demi memastikan kemenangan timnya.
Pogba yang berdarah-darah membawa Setan Merah berpesta meriah: merasakan puncak klasemen Liga Inggris lagi. Kapan terakhir kali MU merasakan empuknya kursi peringkat satu?
Hmm...sudah lama sekali. Terakhir pada tahun terakhir kepelatihan Sir Alex  Ferguson pada 2013! Artinya sudah tujuh tahun lalu. MU yang sudah hampir lupa rasanya di peringkat pertama kini ingat identitas mereka: MU adalah tim juara!
Ini adalah puncak tren positif MU yang sempat terseok-seok dan dirundung pendukung sendiri karena bermain ambyar selepas ditinggal Sir Alex, legenda pelatih tersukses MU sepanjang masa.
Kini MU meraih 36 poin. Selisih tiga poin dari rival abadi Liverpool di peringkat kedua. Menariknya, pada 17 Januari nanti MU akan berjumpa Liverpool untuk adu banteng memperebutkan kembali posisi pertama Liga Inggris musim ini.
Wow, makin seru saja Liga Inggris. Selamat MU. Terima kasih, Paul Pogba. Tidak sia-sia MU membelimu dengan harga mahal dari Juventus. Pogba yang bermain sepenuh hati untuk MU memberi keyakinan pada fans bahwa ia setia pada klub Setan Merah ini.
Kepada para pesaing, MU mengirimkan sinyal baru: Hey, bro...kami sudah ingat lagi manisnya duduk di peringkat satu klasemen sementara. Mau rebut tahta kami? Hmm...kalahkan kami dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H