Menurut Pandemic Talks, saat sebuah vaksin Covid-19 memiliki tingkat efikasi sebesar 90 persen, artinya tingkat kasus COVID-19 menurun hingga 90 persen pada uji klinis fase III dibandingkan relawan yang menerima plasebo.
Plasebo adalah perawatan yang terlihat seperti obat atau vaksin, tetapi sebenarnya tidak menggunakan bahan aktif yang terbukti melindungi atau menyembuhkan. Lalu, apa bedanya dengan efektivitas vaksin?
Dokter Sepriani menjelaskan, “Efektivitas adalah kemampuan vaksin dalam menurunkan kejadian penyakit di dunia nyata.” Efektivitas vaksin baru kita ketahui saat vaksin sudah digunakan warga.
Kesimpulan
Sejauh ini tidak ada satu pun vaksin Covid-19 yang memiliki efikasi 100% mencegah corona jenis baru ini. Belajar dari kasus perawat Inggris yang baru menerima vaksin dosis pertama lalu mengalami "rasa aman palsu", kita semua patut memetik hikmah.
Deputy Chief Executive Hywel Dda University Health Board, Dr. Philip Kloer mengatakan:
"Ada risiko Anda telah terjangkit COVID-19 persis jelang Anda menerima vaksinasi tanpa Anda sadari. Anda juga mungkin terjangkit selama minggu pertama atau minggu berikutnya setelah menerima vaksin (dosis pertama), yaitu saat tubuh Anda sedang bekerja membangun perlindungan."
Menjalankan protokol kesehatan tetaplah penting. Vaksin akan sangat membantu kita memerangi Covid-19. Akan tetapi, vaksin bukan satu-satunya senjata.
Vaksin Covid-19 memang idealnya diterima dua kali dengan rentang waktu tertentu agar tubuh kita membentuk kekebalan yang kurang-lebih mencukupi.
Dalam memerangi Covid-19, semua senjata berupa protokol kesehatan tetap diperlukan. Apalagi Covid-19 ini terus bermutasi. Dunia ilmiah berjuang keras memahami virus baru ini. Para tenaga kesehatan tiap detik berjuang menyembuhkan pasien.
Mari kita saling menjaga. Jangan sebarkan informasi bohong dan bombastis soal vaksin. Selalu cek fakta.