Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Penerima Vaksin Suntikan Pertama Masih Bisa Tertular Covid-19?

12 Januari 2021   05:47 Diperbarui: 12 Januari 2021   05:58 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Steven Cornfield on Unsplash

Pertama-tama, saya sarankan Anda membaca artikel ini sampai tuntas. Jangan berhenti membaca judul saja. Apalagi berkomentar sebelum membaca secara saksama.

Tulisan ini bermaksud menjelaskan manfaat vaksin sebagai salah satu upaya efektif mencegah meluasnya Covid-19. Perlu kita pahami, vaksin Covid-19 memiliki rentang kemujaraban yang berbeda-beda. Vaksin Covid-19 juga idealnya diberikan dua kali (dua dosis) dalam rentang waktu tertentu. 

Kasus perawat di Inggris penerima suntikan dosis pertama terinfeksi Covid-19

Laman newsweek.com melansir berita yang menarik perhatian. Seorang perawat di Inggris ternyata masih bisa terjangkit COVID-19 setelah ia menerima dosis pertama sebuah vaksin. Merek vaksin tidak saya sebutkan di sini, namun bisa Anda baca di artikel asli di laman newsweek.

Si perawat mengatakan bahwa suntikan dosis pertama itu memberinya "rasa aman palsu." Perawat ini bekerja untuk Layanan Kesehatan Nasional Inggris. Kepada BBC dia mengatakan, ia menerima satu dosis vaksin bulan lalu.

Tetapi tiga minggu setelah suntikan dosis pertama, perawat ini mulai mengalami "gejala yang cukup parah," termasuk batuk, suhu tinggi dan sesak napas. Ia belum menerima suntikan dosis kedua vaksin tersebut.

Efikasi vaksin tiada yang seratus persen

Mengapa perawat Inggris yang telah menerima suntikan pertama vaksin Covid-19 masih bisa tertular? Apa alasan ilmiahnya?

Vaksin NN (sekali lagi merek saya sembunyikan) yang diterima si perawat Inggris itu telah terbukti mengurangi risiko seseorang terkena COVID-19 sebesar 95 persen. Tetapi tingkat perlindungan ini — dan kekebalan yang berlangsung lama — hanya mencapai "tujuh hari atau lebih" setelah dosis kedua, yang seharusnya diberikan 21 hari kemudian. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam BMJ meninjau hasil uji klinis Fase III.

Saya terjemahkan sebagian dari artikel di jurnal BMJ tersebut:

"Vaksin NN dapat memberikan beberapa perlindungan awal, mulai 12 hari setelah dosis pertama. Demikian ungkap peer review hasil uji coba fase III. Dari Juli hingga November 2020, sebanyak 43.448 orang dewasa secara acak dipilih dari 152 lokasi di seluruh dunia (termasuk di Argentina, Brasil, Jerman, Afrika Selatan, Turki, dan AS) sebagai bagian dari uji coba fase II/III vaksin tersebut.

Studi ini, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menemukan bahwa kemanjuran vaksin antara dosis pertama dan kedua adalah 52% (95% interval kredibel 29,5% hingga 68,4%), dengan 39 kasus covid-19 dalam kelompok vaksin dan 82 kasus dalam kelompok plasebo. (NB: kelompok plasebo adalah mereka yang menerima "vaksin-vaksinan" atau bukan vaksin sungguhan yang sedang diuji).

Tujuh hari atau lebih setelah dosis kedua, kemanjuran vaksin kemudian naik menjadi 95% (90,3% menjadi 97,6%), dengan delapan kasus covid-19 dilaporkan dalam kelompok vaksin (sungguhan)  dan 162 kasus dalam kelompok plasebo.

Vaksin NN sejauh ini telah disetujui di Kanada dan di Inggris dan sudah diberikan kepada orang-orang di atas usia 80 dan petugas kesehatan. Di AS panel independen Food and Drug Administration telah memilih mendukung otorisasi penggunaan darurat vaksin. 

Menurut makalah, vaksin mungkin memberikan perlindungan awal, tetapi perlindungan ini dimulai sekitar 12 hari setelah dosis pertama." 

Wakil Kepala Eksekutif Dewan Kesehatan Universitas Hywel Dda, Dr. Philip Kloer, mengatakan, "Vaksin memang mengurangi peluang Anda menderita COVID-19, tidak ada vaksin yang 100 persen efektif."

Efikasi beberapa vaksin berdasarkan studi sementara

Berikut ini saya lampirkan data vaksin yang dirangkum BBC:

BBC.com
BBC.com
Semua vaksin diberikan dalam dua kali suntikan atau dosis. Efikasi vaksin berbeda-beda. Dalam daftar di atas, efikasi tertinggi diraih vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech (95%). Harga termurah dalam daftar di atas adalah vaksin Oxford UniAstraZeneca (dijual sekitar 4 dolar AS); efikasi hingga 90%.

Bagaimana dengan vaksin yang sudah dipesan dan akan dipakai di Indonesia?

Dilansir Tribunnews, Presiden Jokowi pada 6 Januari menyampaikan, pemerintah Indonesia telah memesan kurang lebih 329,5 juta dosis vaksin. Ini  belum termasuk pilihan penambahan pesanan.

Indonesia akan menggunakan ratusan juta dosis vaksin tersebut dari setidaknya lima sumber: 

1. Sinovac: 3 juta plus 122,5 juta. 

2. Novavax: 50 juta

3. COVAX/GAVI: 54 juta

4. AstraZeneca: 50 juta

5. Pfizer: 50 juta vaksin. 

Mengapa vaksin yang dipesan dari aneka sumber? Ini karena situasi kedaruratan.

Efikasi Sinovac

Dilansir bloomberg.com, efikasi Sinovac mencapai 78% efektif melawan Covid-19 dalam uji coba tahap akhir di Brasil yang melibatkan sekitar 13 ribu peserta uji coba. Ini adalah penelitian paling definitif sejauh ini mengenai kemanjuran vaksin Sinovac setelah data sebelumnya memicu keraguan dan kebingungan.
Jokowi mengatakan, vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat akan diawali pada pertengahan Januari 2021 ini. 

Perbedaan efikasi dan efektivitas

Ada dua istilah yang penting kita pahami perbedaannya. Efikasi dan efektivitas itu dua hal yang sekilas mirip, tetapi berbeda.

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong seperti dilansir klikdokter, efikasi adalah persentase penurunan kejadian penyakit pada kelompok orang yang divaksinasi. Jadi, efikasi menunjukkan kemampuan vaksin dalam konteks penelitian.

Menurut Pandemic Talks, saat sebuah vaksin Covid-19 memiliki tingkat efikasi sebesar 90 persen, artinya tingkat kasus COVID-19 menurun hingga 90 persen pada uji klinis fase III dibandingkan relawan yang menerima plasebo.

Plasebo adalah perawatan yang terlihat seperti obat atau vaksin, tetapi sebenarnya tidak menggunakan bahan aktif yang terbukti melindungi atau menyembuhkan. Lalu, apa bedanya dengan efektivitas vaksin?

Dokter Sepriani menjelaskan, “Efektivitas adalah kemampuan vaksin dalam menurunkan kejadian penyakit di dunia nyata.” Efektivitas vaksin baru kita ketahui saat vaksin sudah digunakan warga.

Kesimpulan

Sejauh ini tidak ada satu pun vaksin Covid-19 yang memiliki efikasi 100% mencegah corona jenis baru ini. Belajar dari kasus perawat Inggris yang baru menerima vaksin dosis pertama lalu mengalami "rasa aman palsu", kita semua patut memetik hikmah.

Deputy Chief Executive Hywel Dda University Health Board, Dr. Philip Kloer mengatakan:

"Ada risiko Anda telah terjangkit COVID-19 persis jelang Anda menerima vaksinasi tanpa Anda sadari. Anda juga mungkin terjangkit selama minggu pertama atau minggu berikutnya setelah menerima vaksin (dosis pertama), yaitu saat tubuh Anda sedang bekerja membangun perlindungan."

Menjalankan protokol kesehatan tetaplah penting. Vaksin akan sangat membantu kita memerangi Covid-19. Akan tetapi, vaksin bukan satu-satunya senjata.

Vaksin Covid-19 memang idealnya diterima dua kali dengan rentang waktu tertentu agar tubuh kita membentuk kekebalan yang kurang-lebih mencukupi. 

Dalam memerangi Covid-19, semua senjata berupa protokol kesehatan tetap diperlukan. Apalagi Covid-19 ini terus bermutasi. Dunia ilmiah berjuang keras memahami virus baru ini. Para tenaga kesehatan tiap detik berjuang menyembuhkan pasien.

Mari kita saling menjaga. Jangan sebarkan informasi bohong dan bombastis soal vaksin. Selalu cek fakta. 

Pernyataan sanggahan (disclaimer)

Tulisan ini saya akhiri dengan pernyataan sanggahan (disclaimer) bahwa penulis bukan ahli kesehatan. Saya hanya menyarikan dari artikel kesehatan dari sumber tepercaya. Tulisan ini dianggit dengan niat baik untuk memberikan edukasi pada masyarakat. 

Komentar, koreksi, dan artikel tanggapan dari ahli kesehatan sangat saya nantikan demi perbaikan artikel ini. Masyarakat luas sangat memerlukan artikel kesehatan populer yang bisa dipercaya. Para ahli kesehatan, mari menulis!

Salam sehat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun