Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Haruskah Menyertakan Sumber Rujukan Penulisan Artikel Blog?

6 Januari 2021   14:22 Diperbarui: 8 Januari 2021   18:47 4172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by NeONBRAND on Unsplash

Ngeblog memang sekilas mudah. Tinggal ketik apa yang kita pikirkan, lalu kita tayangkan. Akan tetapi, ada satu hal penting yang justru sering tidak atau kurang disadari oleh banyak narablog (blogger): pencantuman sumber rujukan.

Perbedaan mendasar antara blog dan buku harian adalah dampaknya pada masyarakat. Dalam buku harian, kita bebas menulis apa saja. Kemarahan dan kebencian kita pun bebas kita umbar sebagai pelampiasan emosi. Di buku harian, kita juga bebas mengungkapkan dugaan atau kecurigaan.

Selama buku harian itu hanya dibaca oleh penulisnya saja, hal-hal semacam itu sah-sah saja. Lain halnya dengan blog yang tayang di ruang publik. Masyarakat luas bisa membaca tulisan kita. Begitu menulis sesuatu di blog, tulisan kita menjadi konsumsi publik dan tunduk pada aturan hukum.

Kita tahu, Indonesia telah menerapkan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (disingkat UU ITE) atau Undang-undang nomor 11 tahun 2008. Selain itu pasal-pasal KUHP terkait pencemaran nama baik, penipuan, dan sebagainya tetap berlaku. Aneka aturan hukum ini menjadi pedoman juga bagi penulis blog.

Haruskah menyertakan sumber rujukan pada artikel blog?

Pertanyaan yang muncul: haruskah penulis blog menyertakan sumber rujukan pada artikel blognya? Kapan ia "harus" dan kapan ia "tidak harus" menyertakan sumber rujukan pada artikel blognya?

Hal ini sering menjadi sumber kebingungan para penulis blog, baik pemula maupun yang lebih berpengalaman. Apa faktor-faktor yang membuat penulis "wajib" mencantumkan sumber rujukan dalam artikel blognya?

Pertama-tama, saya menyadari bahwa tulisan ini pun sebuah opini yang tidak selalu harus diikuti dan disepakati. Akan tetapi, saya percaya bahwa apa yang akan saya sampaikan di sini memiliki pendasaran logis dan etika media yang memadai.

Kapan wajib menyertakan sumber rujukan pada artikel blog?

Pada hemat saya, kita sebagai penulis blog dan atau penulis untuk publik perlu menyertakan sumber rujukan pada artikel blog ketika:

1. Mengutip pendapat orang lain dari media (bukan wawancara pribadi)

Jika kita mengutip pendapat orang lain yang kita dapatkan dari media, sewajarnya kita mencantumkan sumber rujukan media itu pada artikel blog kita. Ini akan mempermudah pembaca untuk memeriksa apakah sungguh pernyataan tokoh yang kita kutip sesuai dengan wawancara asli. 

Lain halnya ketika kita mengadakan wawancara pribadi dengan narasumber. Kita tidak perlu mencantumkan sumber media karena sumber pertama yang merilis adalah kita sendiri.

2. Mengutip atau menulis ulang pemberitaan media secara signifikan

Jika tulisan kita mengutip atau menulis ulang pemberitaan media secara signifikan, kita mestinya juga mencantumkan sumber aslinya. Wartawan dan media yang susah payah menulis dan menerbitkan artikel asli patut kita hargai, setidaknya dengan mengakui bahwa tulisan kita itu merujuk pada artikel media.

3. Menulis hal di luar keahlian kita

Jika kita menulis suatu topik di luar keahlian kita, semestinya kita mencantumkan sumber-sumber yang sahih untuk mendukung tulisan kita. Misal, saya bukan ahli mesin. Ketika saya menulis artikel tentang permesinan berdasarkan hasil membaca sumber tertentu, tentunya saya perlu memberikan informasi dari mana saya mendapatkan keterangan soal permesinan itu.

Jika informasi itu didapat dari pengamatan dan pengalaman pribadi (walau kita bukan ahli secara akademik), tentu tidak perlu mencantumkan sumber.

4. Menulis isu sensitif dan vital

Kita juga kiranya perlu mencantumkan sumber rujukan ketika menulis isu sensitif dan vital, misalnya soal keagamaan dan kesehatan. Apalagi jika kita bukan ahli di bidang-bidang itu.

Saat ini beredar banyak hoaks kesehatan. Kita wajib berhati-hati kala menulis artikel kesehatan, apalagi jika kita "hanya" membaca dari sumber kedua. Keselamatan dan kesehatan pembaca artikel kita bisa dirugikan jika informasi yang kita tulis tidak tepat.

Pendapat lain

Saya sadar, tidak semua penulis sepakat dengan apa yang saya paparkan. Pendapat yang kurang sepakat, antara lain berlandaskan pemikiran bahwa artikel blog itu bukan suatu artikel ilmiah yang harus ketat mengikuti aturan penulisan ilmiah.

Saya memahami, standar penulisan ilmiah memang tidak wajib diikuti secara ketat. Penulis blog tentu tidak harus secara rinci mengutip dengan menyertakan catatan kaki atau catatan akhir.

Akan tetapi, bukan berarti bahwa penulis blog lantas boleh mengabaikan pencantuman sumber rujukan tulisannya. Ada dua alasan pokok:

Pertama, pencantuman sumber rujukan akan bermanfaat bagi penulis dan pembaca

Jika kita mencantumkan sumber rujukan pada artikel kita, kita akan tampak lebih berwibawa di mata pembaca. Tulisan kita menjadi lebih berbobot karena didukung sumber rujukan yang jelas. 

Jika kita mencantumkan sumber rujukan, pembaca pun diuntungkan. Pembaca bisa memeriksa sumber asli dengan mudah karena dalam tulisan, sudah jelas dicantumkan dari mana kita mengambil sumber.

Kedua, pencantuman sumber rujukan adalah wujud kejujuran dan apresiasi

Pencantuman sumber rujukan menunjukkan kejujuran kita sebagai penulis. Kita mengakui bahwa bukan kita yang menciptakan karya itu dari ketiadaan. Kita telah memanfaatkan sumber-sumber lain yang ditulis para wartawan dan penulis lain. Ini juga wujud apresiasi pada para penulis tulisan sumber yang kita rujuk.

Cara mengutip sumber

Untuk artikel di blog warga seperti Kompasiana, saya berpendapat bahwa kita cukup menulis dari media mana atau penulis dan buku mana kita mengambil atau mengutip informasi. Misalnya:

- Dilansir Kompas (5/1), Presiden Jokowi mengatakan ...

- Menurut Profesor NN dalam buku "MM", definisi ...

- Menurut situs YY, ada tiga manfaat memakan ikan...

Mencantumkan utas atau link artikel asli bisa kita lakukan dengan teknik hyperlink. Fitur hyperlink ini sudah disediakan Kompasiana. Sumber bisa kita tulis: 1, 2, 3 dengan memberikan hyperlink pada masing-masing angka.

Tentu saja, kita perlu memahami bahwa Kompasiana adalah bagian dari media grup Kompas Gramedia. Tentu admin Kompasiana akan senang ketika kita sedapat mungkin mengutip sumber dari media Kompas Gramedia. Kalau sumber asli dari media KG, nama media yang kita rujuk tidak perlu "disembunyikan" dengan angka 1,2,3 lalu dibuat hyperlink. 

Hehehe. Iya, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun