Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasih Tulus Keluarga Paulus Madur untuk Anak Kolong Jakarta

31 Desember 2020   18:04 Diperbarui: 27 April 2021   05:30 1983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paulus Madur dan para anak kolong - dok Kel Paulus Madur

dok Keluarga Paulus Madur
dok Keluarga Paulus Madur
Sayangnya lambat laun udara di sekitar sekolah berbau busuk. Persis di samping sekolah ada pembuangan sampah. Selain itu, terjadi kebakaran besar di Tol Pluit sehingga besi penyangga tol rusak. Pemerintah menggusur semua penghuni kolong tol dari Penjaringan sampai Tanjung Priok. Kawasan bawah kolong tol pun dipagar. 

Rentetan peristiwa ini membuat Paulus Madur harus memindahkan sekolah swadayanya. Ia mencari lahan di pinggir jalan tol. Syukur, ia mendapatkan sepetak lahan sempit, tidak jauh dari lokasi sekolah pertama. Dengan sisa uang pensiun, Paulus membangun sekolah yang hanya terdiri dari dua ruangan. Satu ruang kelas dan satu ruang pelatihan keterampilan menjahit bagi ibu-ibu para siswa.

Ceria bersama anak kolong - dok Kel. Paulus Madur
Ceria bersama anak kolong - dok Kel. Paulus Madur
"Papa tahu potensi anak-anak kolong. Meski hidup bebas dan cenderung liar, kemauan mereka untuk belajar sangat tinggi. Mereka ingin sekali bisa baca dan tulis," kata Robertus.

Robertus ingat betul nasihat Paulus Madur kepada anak-anak kolong:

"Ayo sekolah. Jangan sampai kalian dibodohi orang karena tidak tahu baca-tulis."

Disegel 

Perjalanan Sekolah Anak Kolong penuh liku. Suatu ketika, pernah sekolah itu hendak dibongkar. Pemerintah melarang permukiman warga di sekitar jalan tol. 

Paulus Madur dan anak-anaknya terkejut ketika mendapati sekolah telah disegel. Ada surat dari kecamatan. Sekolah itu disegel Dinas Tata Kota. Paulus tidak menyerah. Ia segera mencopot segel itu. 

tampak depan Sekolah AnKol Jembatan Tiga - dok Kel Paulus Madur
tampak depan Sekolah AnKol Jembatan Tiga - dok Kel Paulus Madur
Ia lantas menuju kelurahan dan kecamatan. Paulus berkata, "Apa yang sudah Bapak-Bapak berikan untuk anak anak kolong ini? Justru saya, orang kecil memberikan pendidikan untuk anak anak ini. Kok malah sekolah mau dibongkar?"

Para aparat tetap teguh menjalankan aturan. Meski demikian, Paulus tidak menyerah. Ia mengadu ke kantor wali kota. Berkat dukungan beberapa LSM, perjuangannya berhasil. Sekolah Anak Kolong tidak jadi dibongkar.

Selain itu, ada oknum yang memanfaatkan keluguan Paulus. Mereka meminta bantuan untuk AnKol, tetapi bantuan itu tidak pernah disalurkan. Miris. Akan tetapi, Paulus tidak mendendam. Apa pun yang terjadi, ia tetap tulus melayani.

Perjuangan dilanjutkan keluarga

Perjuangan Paulus Madur mencerdaskan anak bangsa dari segala latar belakang tidak lantas padam ketika dia wafat pada 22 Maret 2014 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun