Durasinya tidak sampai 18 menit dan dapat ditonton gratis di YouTube. Akan tetapi, film ini bukan film asal-asalan. The Christ Child mampu menyuguhkan secara brilian Natal dalam balutan keindahan.
Kedua, film ini satu-satunya film Natal yang menggunakan bahasa Aram.
Bahasa Aram adalah bahasa kuno yang dipergunakan pada zaman Yesus hidup sekitar dua ribu tahun lalu. Bahasa ini nyaris punah dan hanya dipergunakan sejumlah kecil orang di beberapa wilayah di Timur Tengah.
Ketiga, film ini tidak disertai terjemahan dalam bahasa modern.
Ketika pertama kali menontonnya di YouTube, saya mencoba mengaktifkan fitur terjemahan atau subtitle. Saya cari-cari, tidak ketemu. Ternyata film ini memang disengaja tidak dilengkapi terjemahan bahasa modern.Â
Sutradara film ini, John Foss mengatakan, "[Tiadanya terjemahan] sungguh menarik Anda ke dalam cerita dan membuat Anda lebih memperhatikan apa yang sebenarnya terjadi."
Terbuai Ninabobo Cantik Maryam
Bagian terbaik dalam film pendek ini menurut saya adalah ketika Maryam menyanyikan ninabobo untuk bayi Yesus. Ninabobo nan merdu itu ternyata tidak ada dalam naskah awal.
Di tengah-tengah pengambilan gambar, muncul ide dari salah satu ahli Alkitab yang menjadi konsultan film. Dia mengatakan bahwa dalam Injil Lukas, Maria yang sedang mengandung bayi Yesus mengidungkan suatu lagu untuk Elisabet, sanaknya yang juga sedang mengandung.
Si ahli Alkitab menyarankan agar Maryam menyanyikan ninabobo untuk bayi Yesus. Karena tidak ada dalam naskah, tim kreatif berpikir mencari teks yang sesuai untuk ninabobo Maryam.
Para kru film lantas membolak-balik kitab Mazmur karena mereka mengandaikan Maryam sebagai gadis saleh tentu akrab dengan mazmur berbahasa Ibrani. Para kru memilih Mazmur 27:1 yang memuat rujukan mengenai Tuhan sebagai sumber terang: "Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?"