Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mencintai "Orang Tua" dan "Orang Utan"

5 November 2020   06:00 Diperbarui: 5 November 2020   06:09 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar (tangyar) KBBI daring - dokpri

Mengulik kosakata bahasa Indonesia memang menarik. Sudah berpuluh tahun kita menggunakan bahasa Indonesia, tetapi nyatanya kita masih sering kebingungan menentukan mana kata baku dan tidak baku.

Baru-baru ini rekan dan senior saya dalam kepenulisan mengirimkan sebuah draf. Artikel yang sangat menawan tentang sosok inspiratif. Tunggu saja penayangannya di akun beliau di Kompasiana.

Dengan segala kerendahan hati, beliau meminta saya memeriksa draf naskah tersebut. Saya yang bukan siapa-siapa ini pun dengan senang hati membantu sesuai kemampuan saya.

Orang tua atau orangtua?

Kala menyisir naskah indah tersebut, saya menemukan penulisan kata orangtua. Hmm...mana penulisan yang tepat: orang tua atau orangtua?

Saya pun pernah mengalami kebingungan ini beberapa waktu lalu. Kala itu saya segera memeriksa Kamus Besar Bahasa Indonesia V edisi daring. Berikut hasil pencarian saya:

tangkapan layar (tangyar) KBBI daring - dokpri
tangkapan layar (tangyar) KBBI daring - dokpri
Di bawah lema orang, tersua aneka kata dan nomina majemuk, termasuk orang tua dan orang tua angkat. Makna leksikal kata orang tua menurut KBBI V ada dua:

1) ayah ibu kandung; 

2 (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya); orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung; tetua.

Dalam penggunaan yang tepat, kata orang tua  selalu ditulis terpisah. Tidak tepat menulis kata orangtua serangkai. 

Contoh penggunaan:

Agar kita lebih merasa yakin, saya tampilkan sumber yang kita akui sebagai rujukan tepercaya (bukan terpercaya dengan r, ya!): Harian Kompas.

tangyar Kompas - dokpri
tangyar Kompas - dokpri
"Sebagian besar orang tua mengharapkan sekolah tatap muka fisik jangan dibuka dalam waktu dekat," tulis Sonya Hellen Sinombor dalam Kompas 4 Juni 2020.

Konteks artikel tersebut merujuk makna orang tua sebagai ayah ibu kandung anak-anak sekolah.

Bagaimana dengan makna orang tua sebagai orang yang disegani atau sebagai orang yang memang sudah berusia tua? Mari kita simak pemberitaan Kompas.com berikut:

tangyar Kompas.com - dokpri
tangyar Kompas.com - dokpri
"Sebuah video orang tua meminum darah sapi kurban yang dipotong, viral di jagad media sosial di Garut," tulis Ari Maulana Karang. Konteks kata orang tua dalam artikel itu adalah pria berusia tua, bukan orang tua dalam arti ayah ibu kandung.

Meskipun berbeda makna, toh penulisan orang tua tetap dipisah. Jadi, penggunaan kata orang tua harus selalu ditulis terpisah. Apa pun maknanya.

Perkenankan saya mengutip penjelasan Holy Adib berikut ini:

"Orang tua adalah kata majemuk yang tergolong nomina majemuk. Kata majemuk dalam bahasa Indonesia ditulis terpisah kecuali bentuk-bentuk terikat, misalnya pascapanen, antarkota, dan prasejarah; dan kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti matahari, saputangan, dan kacamata. Kata orang tua tidak termasuk dalam kedua kelompok itu."

Orang utan atau orangutan?

Dalam lema yang sama, yakni lema orang, tersua pula orang utan. Lho, bukannya orangutan ditulis serangkai? Eits, nanti dulu, bro dan sis! Dalam bahasa Inggris, benar bahwa kata yang dipakai untuk spesies bergenus ilmiah Pongo ini adalah orangutan.

Kamus Oxford memuat penjelasan berikut:

tangyar OLD - dokpri
tangyar OLD - dokpri
Penjelasan mengenai kata orangutan dalam bahasa Inggris juga tersua dalam kamus Collins. 

tangyar Collins - dokpri
tangyar Collins - dokpri
Dalam bahasa Inggris, penulisan yang benar adalah orangutan. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, penulisan yang baku adalah orang utan.

Kompas cetak pun bingung menulis orangutan atau orang utan

Menariknya, penelusuran saya menunjukkan, Kompas cetak pun mengalami kebingungan ketika menulis kata orangutan atau orang utan. Coba tengok tangkapan layar (screenshot) berikut:

dokpri
dokpri
Saya tersenyum ketika mendapati hasil pencarian di mesin peramban (browser) di atas. Dalam artikel pertama, Kompas menulis orangutan. Metadata hasil pencarian masih menunjukkan bahwa dalam artikel yang sama, Kompas juga menggunakan kata orang utan. Hanya saja ketika kita buka, artikel itu memang hanya memuat kata orangutan saja.

Sementara dalam artikel kedua, jelas-jelas Kompas memakai kata orang utan. Nah, wartawan dan editor Kompas saja bingung, apalagi kita, warga biasa! Hehehe.

Mengapa Kompas menggunakan (entah sengaja atau tidak) kata orangutan alih-alih orang utan? Pada hemat saya, kemungkinan besar ada dua alasan:

Pertama, seperti ditulis Holy Adib, sebagian media massa di Indonesia menggabungkan penulisan orang utan menjadi orangutan karena terpengaruh penulisan orang utan dalam bahasa Inggris. 

Kedua, mungkin Kompas memilih orangutan sebagai cara penulisan selingkung. Kita tahu, setiap media (dan lembaga) lazimnya memiliki kesepakatan bersama dalam berbahasa. Bisa jadi, Kompas akhirnya memilih orangutan sebagai penulisan orang utan dalam lingkup selingkung.

Hmm, sebagian pemerhati bahasa kiranya tidak selalu sepakat dengan penulisan orangutan yang keminggris ini. Laman Wikipedia Indonesia, misalnya. 

Menurut saya, Wikipedia Indonesia konsisten mengacu KBBI. Hal ini tampak dalam penjelasan dalam situs Wikipedia Indonesia mengenai orang utan:

dokpri
dokpri
Wikipedia Indonesia yang -setahu saya- digawangi pula oleh para penulis dan editor handal, menulis: "orang utan (bentuk tidak baku: orangutan)."

Mari cintai orang tua dan orang utan

Penutup artikel ambyar yang ditulis penulis gaje (ga jelas) ini mungkin terdengar lucu. 

Mari cintai "orang tua" dan "orang utan"!

Mencintai orang tua jelas mulia. Demikian pula mencintai orang utan dengan menjaga kelestarian alam.

Makna tersirat ajakan saya di atas adalah bahwa kita sebaiknya mencintai bentuk penulisan baku menurut KBBI: orang tua dan orang utan.

Maaf, Kompas, soal orang utan yang ditulis keminggris (orangutan), saya tidak sepakat denganmu. Boleh, kan? Toh, aku tetap membacamu, kok.

Sebagai pesan penutup, pada Hari Cinta Puspa dan Satwa dan Nasional 5 November ini, saya sajikan infografis menarik dari artikel Kompas ini (sila klik untuk membaca artikel lengkap).

tangyar kompas.id - dokpri
tangyar kompas.id - dokpri
Sebanyak 77 persen wilayah habitat orang utan berada dalam ancaman hingga lebih dari 100 tahun ke depan jika tidak dilestarikan. Mari lestarikan orang utan! Orang tua dan pendidik perlu mengajarkan sikap cinta alam pada anak-anak. 

Pemerintah harus lebih tegas menindak perusahaan tambang, kayu, dan sawit yang secara serampangan merusak hutan habitat orang utan. Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun