Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ini Tiga Alasan Pemandu Bakat Timnas Perlu Jaring Santri sebagai Atlet

22 Oktober 2020   14:39 Diperbarui: 22 Oktober 2020   14:48 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
M. Rafli, jebolan pesantren masuk timnas - (FERRIL DENNYS/KOMPAS.com)

Hari ini kita peringati sebagai Hari Santri Nasional. Menurut Kompas.com,  Hari Santri Nasional ditetapkan lewat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Keppres tersebut ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 15 Oktober. 

Hari Santri Nasional diperingati untuk mengenang peranan para santri dalam melawan Belanda saat agresi militer kedua. 

Saya bukan anak pesantren karena saya memang bukan seorang muslim. Akan tetapi, saya bertahun-tahun juga pernah merasakan atmosfer mirip suasana pesantren sebagai seorang seminaris yang tinggal dan bersekolah di seminari, "pesantren Katolik".

Pada hemat saya, pemandu bakat timnas cabang olah raga apa pun perlu lebih giat menjaring santri sebagai atlet muda. Kiranya pengertian santri pun dalam kaitan dengan pencarian bakat atlet ini bisa diperluas menjadi "para pelajar sekolah berasrama". Dengan demikian, siswa-siswi sekolah berasrama lintas agama bisa dijaring sebagai bibit atlet unggulan.

Ada tiga alasan mengapa pemandu bakat timnas cabang olah raga apa pun perlu jaring santri dan pelajar asrama sebagai calon atlet:

Pertama, santri dan pelajar berasrama biasa hidup disiplin

Saya ingat betul, waktu saya SMA dulu, kami sangat biasa hidup disiplin. Bangun pagi, mandi, doa pagi, sarapan, sekolah sampai siang. Sore bersih-bersih, lalu pembinaan kerohanian. Dilanjutkan studi sore, makan malam, lalu studi lagi. Rekreasi hanya akhir pekan. 

Nyaris tidak ada waktu luang untuk kegiatan kurang bermanfaat. Semua fokus untuk pengembangan diri dan bakat. 

Situasi serupa terjadi di asrama pelatnas cabang olah raga apa pun. Anak pesantren dan anak asrama tidak akan kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sebagai atlet muda.

Kedua, santri dan pelajar berasrama biasa berolah raga dan hidup sehat

Saya dulu sempat ikut klub bulu tangkis. Meskipun cuma pemain anak bawang, lumayanlah sebagai kegiatan menyehatkan. Setiap siswa di asrama saya wajib ikut ekstrakulikuler olah raga. Ada sepak bola, voli, basket, pencak silat THS, dan sebagainya.

Soal hidup sehat itu pasti ditekankan. Merokok dilarang. Meski kadang juga ada yang merokok di kamar mandi atau kebun belakang..hehe.

Lingkungan pesantren dan asrama yang cenderung imun dari narkoba dan pergaulan bebas juga turut mendukung kesehatan jiwa dan raga. Ini tempat ideal untuk menjaring calon atlet potensial. 

Ketiga, santri dan pelajar berasrama cenderung punya daya juang tinggi

Bukan bermaksud merendahkan mereka yang tidak pernah sekolah berasrama. Akan tetapi, pengamatan saya mengatakan bahwa memang ada kelebihan sekolah berasrama ketimbang yang tidak. 

Santri dan pelajar berasrama cenderung punya daya juang tinggi. Tahun awal jadi ujian bagi para "anak mami". Jauh dari keluarga, hidup mandiri, dan bisa bergaul dengan siswa dari aneka latar belakang adalah tiga tantangan yang menguji mental anak asrama.

Yang tadinya tak pernah memegang tanah "dipaksa" berkotor tangan di kebun. Yang tadinya tak pernah mencuci baju akhirnya mahir mengurus baju sendiri. 

Belum lagi dalam menghadapi pembina asrama. Perlu mental. Dimarahi tapi tidak lantas loyo atau sakit hati. Bukankah ini situasi dalam pelatihan atlet? Dimarahi pelatih dan rekan setim. Menghadapi tekanan sebagai seorang yang tiap gerakannya diamati pembina.

Bukti Atlet Berprestasi dari Kalangan Santri

Siapa belum kenal Muhammad Rafli Mursalim, pencetak gol terbanyak Liga Santri Nusantra (LSN) 2016 yang dipanggil timnas sepak bola untuk ikut turnamen di Myanmar? Santri Pesantren Al Asy'ariyah, Tangerang itu pernah 15 kali memperkuat Timnas Sepak bola U-19 dan mencetak 11 gol. Suatu statistik yang mengagumkan untuk seorang pemain depan muda.

Ajang Liga Santri Nasional yang bergulir sejak 2015 itu telah terbukti menjadi ajang pembibitan atlet-atlet muda dari pesantren. Muhammad Rafli bukan hanya satu-satunya bakat muda jebolan pesantren. Ada juga Richard Rahmad (pemain terbaik LSN 2015) dan Tri Widodo (pemain terbaik LSN 2016).

Semoga Hari Santri Nasional ini menjadi momentum pula bagi pembinaan olah raga tanah air. Mau cari bibit atlet berkualitas? Adakan semakin banyak pemantauan bakat ke pesantren dan sekolah berasrama lainnya.

Jika pandemi mereda, adakan kompetisi antarpesantren dan antarasrama. Pertanyaan usang "Mengapa timnas sepak bola tak mampu mencari 11 pemain dari jutaan rakyat Indonesia" bisa menemukan jawabannya di pesantren dan sekolah berasrama lainnya.

Halo, PSSI dan induk olah raga lainnya? Semoga tulisan ini sampai ke Anda semua. 

Jika kesulitan mengirim pemandu bakat, ada cara sederhana yang sangat mudah dilakukan: data semua pesantren dan sekolah berasrama, kontak semua guru olah raga dan pembina asrama dan pesantren dari tingkat kecamatan. "Tolong kirimkan laporan ke kami jika ada siswa-siswi berbakat olah raga."

Hmm...seandainya seluruh ketua induk organisasi olah raga mau turun ke lapangan dan menjaring ke akar rumput, para santri dan anak asrama berbakat sekelas bintang-bintang dunia pasti ada. Mereka adalah mutiara-mutiara yang tersembunyi dan menunggu polesan brilian. 

Selamat Hari Santri Nasional. Salam cinta Indonesia. Selamat ulang tahun ke-12 Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun