Menurut Rasidi, kata batik diduga berasal dari dua kata bahasa Jawa. Pertama, ambatik yang merupakan gabungan amba dan tik (artinya, melukis titik-titik kecil). Kedua, tritik (proses mewarnai kain dengan mengikat atau melipat bagian tertentu agar bagian itu tidak terkena warna).
Saya mencari keterangan mengenai asal-usul kata amba. Salah satu makna kata āmba dalam bahasa Marathi adalah sejenis asam yang diperoleh dengan membungkus tanaman berbunga Cicer arietinum (semacam buncis) dengan kain pada malam hari. Kain ini akan menyerap asam dengan embun. Asam amba ini mungkin digunakan untuk membuat cuka.
Bahasa Marathi adalah salah satu bahasa Indo-Eropa yang memiliki lebih dari 70 juta penutur asli di (terutama) Maharashtra India. Bahasa Marathi berevolusi dari bentuk awal Prakrit, yang merupakan bagian dari bahasa Sanskerta, salah satu bahasa paling kuno di dunia. Demikian informasi dari laman ini.
Saya juga mencoba menelusuri kata tritik yang diduga sebagai asal kata batik. Saya terkejut ketika mendapati kata ini tersua dalam kamus daring Cambridge.
Kamus tepercaya itu menakrifkan tritik sebagai "proses pencelupan untuk mewarnai kain di mana kain tersebut dilipat dan dijahit agar pewarna tidak mengenai beberapa bagian kain".
Lazimnya, sebuah kamus menyerap kata secara utuh dari bahasa sumber karena memang kata itu tidak ada padanannya dalam bahasa sasaran. Kata tritik dapat kita sejajarkan dengan kata durian dan sarong yang diserap bahasa Inggris secara (nyaris) utuh atau tanpa perubahan berarti.
Bukti lain yang memperkuat dugaan bahwa kata tritik itu sungguh berasal dari Indonesia (Nusantara) adalah bahwa salah satu motif batik Jawa bernama tritik. Ini adalah foto motif tritik jumputan:
Menariknya, salah satu bagian dari pakaian adat Yogyakarta adalah lonthong tritik.